Ide Gila Proyek Aerotropolis dan Smart City

Pencetus terbangunnya smart city di Kukar ternyata Rahmat Gobel, Mendag RI. Karena itu, tak kaget jika ia rela menyempatkan diri datang saat peletakan batu pertama di Tenggarong Seberang. Apa sebenarnya kepentingan Rahmat Gobel?

Smart City dengan konsep green energy mencakup Loa Kulu, Tenggarong Seberang dan Tenggarong. Benar-benar merupakan ide gila.
Smart City dengan konsep green energy mencakup Loa Kulu, Tenggarong Seberang dan Tenggarong. Benar-benar merupakan ide gila.

KUTAI KARTANEGARA – Boney Wahyu, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), tampak gusar kepada staf Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah (BPMPD) Kukar.

Ia beberapa kali memberikan pernyataan penyesalan dan pertanyaan, mengapa acara penting yang menghadirkan pejabat menteri tidak berkoordinasi dengan kepolisian untuk pengamanan. Secara resmi pihak kepolisian hanya mendapatkan undangan, bukan permintaan pengamanan.

Beberapa kali Boney Wahyu hilir mudik di depan pintu masuk tenda tempat acara dan menghubungi seseorang melalui telepon genggam agar anggota dari Satuan Samapta Bhayangkara (Sabhara) Polres Kukar dapat diturunkan ke lokasi. Satuan Sabhara yang diminta karena karena memang tugas utamanya menghindari dan mencegah terjadinya ancaman yang merugikan.

Sementara acara penting dimaksud adalah peletakan batu pertama (ground breaking) Kukar Smart City atau Kota Pintar yang terintegrasi dengan Bandara Kukar Agung (aerotropolis). Acara yang digelar di penghujung pekan itu (18/04) mendatangkan sejumlah pejabat penting, seperti Rahmat Gobel, Menteri Perdagangan Kabinet Kerja Republik Indonesia (Mendag RI), perwakilan asosiasi pengusaha Jepang, Mr. Yuzin dan China, Mr. Theo, Asisten IV Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Sekretariat Provinsi (Setprov) Kaltim Meiliana, Zulnahar Usman selaku owener perusahaan investasi Smart City, dan sebagainya.

Selain soal pengamanan, pihak panitia juga tampak kebingungan menghadirkan orang banyak di tempat acara. Karena acara nyaris berlangsung, yang duduk di kursi dalam tenda tempat peletakan batu pertama, hanya sedikit. “Kenapa baru sekarang disuruh cari orang, kan sulit,” ujar Salasnian, Kepala Desa Jongkang berbahasa Kutai, sembari berlalu dan memainkan telepon genggamnya.

Meskipun persiapan acara tampak berantakan, banyak kekurangan, namun rangkaian peletakan batu pertama berjalan sukses. Menjelang rombongan Rahmat Gobel tiba, warga datang berduyun datang memenuhi kursi-kursi. Soal kelancaran, meski anggota Sabhara yang dinanti terlihat tak datang, syukurnya aman saja hingga akhir acara.

Rahmat Gobel sendiri tiba didampingi Rita Widyasari, Zulnahar Usman dan lainnya. Setelah acara pengalungan bunga dan pagelaran tarian suku Dayak bercorak modern, acara dimulai dengan doa kemudian sambutan-sambutan. Saat Kepala BPMPD Kukar Bambang Arwanto, Bupati Kukar Rita Widyasari dan Zulnahar Usman bergiliran berbicara di depan audiensi, tampak biasa saja yang diungkap.

Tapi saat giliran Rahmat Gobel, ada hal menarik dan mungkin menjawab pertanyaan sejumlah audiensi, mengapa acara ground breaking Kukar Smart City yang terintegrasi dengan bandara itu, justru Menteri Perdagangan yang hadir, kok bukan Menteri Perhubungan atau Menteri Pekerjaan Umum yang datang.

Ide yang diakui Rahmat Gobel sebagai ide gila ini tak lain merupakan gagasannya. Saat menjadi Wakil Ketua Bidang Infrastruktur Kamar Dagang dan Industri (Kadin), sebelum jadi menteri, Rahmat bertemu Rita Widyasari yang curhat soal mimpinya membangun bandara di Kukar, meneruskan mimpi ayahnya yang kandas karena perkara korupsi.

Ini dia peta Smart City.
Ini dia peta Smart City.

“Padahal masalah perdagangan tidak ada hubungan dengan Smart City, kecuali kalau nanti sudah jadi. Saya datang ke acara ini karena Smart City ini ide saya, yang saya sampaikan kepada Ibu Rita (Bupati Kukar, red) pada tahun 2014 lalu,” kata Rahmat Gobel.

Saat itu, Rahmat juga menegaskan bahwa ia sangat mendukung proyek Smart City dan memberikan wejangan agar mimpi yang tinggi itu diyakini dapat terwujud segera. Sesulit apapun jalannya, sebanyak apapun kendalanya, kalau yakin akan tercapai.

Sebenarnya Rahmat Gobel tidak menjelaskan mengapa ia begitu bersemangat mendukung terbangunnya Smart City. Namun jika ditilik sebuah miniatur rumah pintar yang ditampilkan di acara ground breaking, baru tampak apa yang bakal dijual Rahmat Gobel.

Ia merupakan generasi kedua dari keluarga Gobel yang mengendalikan perusahaan National Gobel Group yang sekarang bernama Panasonic Gobel Group. Produk-produk Panasonic dipajang dalam miniatur rumah pintar, terutama peralatan-peralatan elektronik canggih dari Panasonic.

Di dalam Smart City sendiri nantinya terdapat perumahan, bangunan komersial, pusat pemerintahan, fasilitas publik, ruang terbuka hijau, airport, pusat industri dan pergudangan, pembangkit listrik solar cell yang luasnya terbentang dari Kecamatan Loa Kulu, Tenggarong Seberang dan Tenggarong.

Khusus untuk aerotropolis atau kota industri kedirgantaraan dipusatkan di Desa Jongkang, Kecamatan Tenggarong Seberang yang menjadi lokasi peletakan batu pertama.

Sementara investor yang digadang menyokong pembangunan smart city dan aerotropolis adalah PT Nusa Energindo Persada (NEP). Tapi anehnya, nilai investasi rencana proyek ini belum jelas. Zulnahar Usman, owner PT NEP, ketika ditanya soal nilai investasi yang akan dikucurkan untuk pembangunan bandara Kukar Agung, mengaku belum menghitung. “Nilai investasinya belum dihitung,” kata Zulnahar yang juga Wakil Ketua Bidang Infrastruktur Kadin ini.

Yang sekarang sudah dilakukan, katanya, adalah hibah lahan seluas 360 hektare lebih untuk bandara dan diserahkan kepada PT NEP. “Lahan sudah dihibahkan,” tandasnya singkat.

Rahmat Gobel (kiri) dan Zulnahar Usman saat penyerahan cindera mata di acara peletakan batu pertama
Rahmat Gobel (kiri) dan Zulnahar Usman saat penyerahan cindera mata di acara peletakan batu pertama

Lahan itu sendiri merupakan hibah Rita Widyasari ke PT NEP selaku investor. Menurut Rita, dihibahkannya lahan tersebut adalah wujud keseriusannya membangun bandara yang sudah sejak lama diimpikan ayahnya, Syaukani HR. Ditengarai, tanah milik keluarga Rita mencapai ribuan hektar di Jongkang dan yang dihibahkan hanya sebagian kecil.

Dari acara tersebut sebenarnya juga terungkap bahwa tahap membangun Smart City, terutama Bandara Kukar Agung masih jauh. Pasalnya, sekarang ini masih terkendala oleh pemberian izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sekarang ditangani pihak Pemerintah Provinsi Kaltim.

Belum lagi rencana Smart City dan Aerotropolis yang dicanangkan ini belum sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kukar Nomor 09 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kukar Tahun 2013-2033. Karena itu Perda RTRW bakal direvisi.

Sementara pihak DPRD Kukar melalui Ketuanya, Salehudin, menegaskan bahwa pihaknya mendukung proyek itu. Dalam hal RTRW, pihaknya sekarang memang tengah membahas soal revisinya. “Kita juga menunggu RTRW Provinsi Kaltim, yang jelas revisi RTRW sudah kita diskusikan,” kata Salehudin. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *