16 Tentara Israel Disergap di Gaza Utara, 6 Tewas dan 10 Terluka

GAZA — Enam tentara Israel tewas dan 10 lainnya terluka dalam sebuah penyergapan yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina di kawasan Beit Hanoun, Gaza Utara, pada Senin (7/7/2025).
Menurut laporan Al Jazeera, penyergapan dimulai ketika pasukan perlawanan meledakkan alat peledak yang menargetkan kendaraan lapis baja milik militer Israel.
Setelah ledakan awal, pasukan Palestina menembakkan rudal anti-tank ke arah robot militer yang tengah mengangkut amunisi, lalu melanjutkan serangan terhadap pasukan penyelamat yang datang ke lokasi kejadian.
Ledakan tersebut terdengar hingga wilayah Ashkelon di Israel selatan, dan pihak militer Israel mengonfirmasi bahwa di antara korban luka terdapat seorang perwira senior. Media Israel menyebut situasi di lokasi sebagai “kacau”, dengan beberapa kendaraan terbakar.
Menurut sumber militer, unit yang menjadi target serangan adalah Yahalom, satuan teknik elite Angkatan Pertahanan Israel (IDF) yang dikenal dalam operasi pembongkaran dan penjinakan bahan peledak.
Helikopter militer Israel kemudian dikerahkan untuk mengevakuasi pasukan yang terluka, sekaligus memberikan tembakan perlindungan dari udara.
Serangan ini menjadi bagian dari eskalasi perlawanan bersenjata di Jalur Gaza yang semakin intens dalam beberapa minggu terakhir. Data lapangan menyebutkan bahwa bulan Juni 2025 merupakan periode paling mematikan bagi militer Israel sejak dimulainya operasi militer di Gaza, dengan 20 tentara dan perwira dilaporkan tewas.
Dalam laporan terpisah, Al Jazeera menayangkan dokumentasi penemuan sejumlah perangkat pengawasan canggih yang diduga ditanam oleh militer Israel di berbagai lokasi strategis di Gaza.
Perangkat tersebut meliputi alat penyadap, kamera tersembunyi, dan alat transmisi video real-time, sebagian besar ditemukan di antara puing-puing bangunan sipil, jalan umum, bahkan lingkungan fasilitas medis.
Seorang pejabat keamanan dari Hamas menyatakan bahwa perangkat tersebut diduga ditempatkan menggunakan drone quadcopter yang mampu menyusup ke wilayah tertentu secara diam-diam. Salah satu alat pengawasan yang disita bahkan dapat diaktifkan dari jarak jauh melalui aplikasi seluler atau pesan teks.
“Kami berhasil membongkar dan mempelajari cara kerja alat-alat ini, yang kini juga digunakan untuk kontraintelijen,” ujar seorang teknisi perlawanan, seperti dikutip dari laporan Al Jazeera.
Beberapa perangkat ditemukan tersembunyi di tempat-tempat sensitif seperti dekat rumah sakit di Gaza selatan, lokasi serah terima tahanan, serta jalur evakuasi warga sipil.
Salah satu rekaman dari perangkat yang telah disita bahkan memperlihatkan aksi dugaan pelanggaran hukum perang, termasuk penembakan terhadap seorang wanita Palestina yang mengangkat tangan saat menyeberang di Wadi Gaza.
Pejabat keamanan di Gaza mengingatkan warga untuk berhati-hati terhadap keberadaan perangkat asing yang mencurigakan, karena beberapa di antaranya kemungkinan dimodifikasi untuk meledak saat dirusak.
Mereka juga menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari perangkat tersebut kini digunakan untuk memperkuat sistem pengawasan internal dan pertahanan pasukan perlawanan.
Serangan penyergapan di Beit Hanoun dan temuan perangkat intelijen menjadi bagian dari konflik berkepanjangan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza.
Meskipun Israel belum memberikan pernyataan resmi terkait jumlah korban jiwa dalam insiden terbaru, laporan media dan pernyataan militer menunjukkan peningkatan korban dari kalangan tentara dalam beberapa pekan terakhir.
Militer Israel menyatakan bahwa operasi di Gaza bertujuan menumpas infrastruktur militer Hamas dan kelompok bersenjata lainnya, namun pertempuran kerap menimbulkan korban di kedua pihak, termasuk warga sipil. []
Nur Quratul Nabila A