22 Tewas dalam Demo Angola, Polisi Tembak Remaja 16 Tahun

LUANDA — Situasi di Angola kian memburuk seiring merebaknya kerusuhan sosial akibat kenaikan harga bahan bakar.

Demonstrasi besar-besaran yang berawal dari aksi mogok sopir taksi telah berubah menjadi kekacauan di berbagai kota, dengan laporan terbaru menyebutkan bahwa korban jiwa telah mencapai 22 orang.

Menurut laporan Arab News, pada Senin dan Selasa (28–29 Juli 2025), tembakan sporadis terdengar di Ibu Kota Luanda dan beberapa kota lainnya ketika warga menyerbu toko, menjarah barang-barang kebutuhan, dan terlibat bentrok dengan aparat keamanan.

Gelombang kerusuhan ini dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar dari 300 kwanza menjadi 400 kwanza per liter per 1 Juli 2025.

“Kami menyesalkan 22 kematian, termasuk seorang petugas polisi,” ungkap Menteri Dalam Negeri Angola, Manuel Homem, dalam konferensi pers, Rabu (30/7/2025).

“Hampir 200 orang terluka dalam kekerasan tersebut, dan lebih dari 1.200 orang telah ditangkap.”

Kerusuhan ini juga berdampak langsung terhadap aktivitas ekonomi di Luanda. Banyak toko dan usaha lokal memilih tutup pada Rabu karena kekhawatiran akan keselamatan.

Sementara itu, pasukan keamanan dikerahkan untuk berpatroli, dan jalan-jalan utama terlihat sepi.

Namun, antrean masih tampak di sejumlah SPBU dan toko kebutuhan pokok.

Kejadian tragis lainnya juga tercatat di kota Lubango, wilayah selatan Angola, ketika seorang remaja berusia 16 tahun tewas ditembak oleh aparat saat diduga terlibat upaya menyerbu markas partai penguasa MPLA.

“Remaja itu merupakan bagian dari kelompok yang mencoba menyerbu markas partai berkuasa MPLA,” demikian bunyi pernyataan pihak kepolisian setempat.

Di tengah gelombang protes, kecaman terhadap pemerintah terus menguat. Sekitar 2.000 orang turun ke jalan di Luanda pada Sabtu sebelumnya, menyuarakan penolakan terhadap korupsi dan tekanan ekonomi yang meningkat.

Protes serupa telah terjadi dua pekan sebelumnya, menunjukkan ketidakpuasan yang meluas terhadap kebijakan pemerintah.

TV Nzinga menayangkan tayangan memilukan yang menunjukkan perempuan-perempuan menangis di atas jasad seorang korban di wilayah Cazenga, sementara warga lain berhamburan keluar dari supermarket sambil membawa makanan dan barang-barang lain.

Di area yang sama, seorang pemuda lainnya tewas diduga akibat peluru nyasar.

Kerusuhan kini meluas ke kota-kota di luar ibu kota. Aksi protes dilaporkan terjadi di kota Huambo dan Benguela, dua wilayah penting yang juga terdampak inflasi tinggi dan pengangguran masif.

Negara berbahasa Portugis dengan jumlah penduduk lebih dari 36 juta jiwa itu tengah menghadapi tekanan ekonomi berat.

Inflasi tercatat hampir 20 persen pada Juni 2025, sementara tingkat pengangguran mendekati angka 30 persen, terutama di kalangan anak muda. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *