800.000 Demonstran Guncang Pemerintahan Macron

PARIS — Prancis memasuki babak baru ketegangan sosial dengan protes nasional besar-besaran yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis (18/09/2025), di mana sekitar 800.000 orang diperkirakan akan turun ke jalan. Gelombang demonstrasi ini menjadi salah satu aksi persatuan serikat pekerja yang paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir, menyatukan rakyat dari berbagai lapisan masyarakat untuk menolak kebijakan anggaran kontroversial pemerintah.
Sumber dekat pihak berwenang menyebutkan, seruan mogok nasional ditujukan sebagai protes terhadap rancangan anggaran “pertunjukan horor” yang dirancang untuk menekan utang negara. Dampak dari aksi ini diprediksi akan meluas ke transportasi dan pelayanan publik. Lalu lintas jalan raya kemungkinan akan tersendat, jadwal kereta api dan penerbangan berpotensi terganggu, dan banyak sekolah diperkirakan akan ditutup sementara.
Fenomena unik terlihat dalam bentuk ekspresi budaya populer, di mana sebagian demonstran membawa bendera dari anime populer One Piece. Simbol Jolly Roger yang dikenakan para pengunjuk rasa ini menjadi sarana untuk mengekspresikan kemarahan dan frustrasi terhadap pemerintah, sekaligus menyuarakan solidaritas serta kebebasan dari tekanan birokrasi.
Protes ini muncul setelah Presiden Emmanuel Macron menunjuk Sébestien Lecornu sebagai perdana menteri baru, menggantikan Francois Bayrou yang kalah dalam mosi tidak percaya di parlemen. Bayrou sebelumnya mengusulkan anggaran penghematan untuk menekan defisit dan menata utang yang kian menumpuk, namun rencananya menimbulkan kemarahan luas di kalangan rakyat.
Rabu lalu, sekitar 200.000 demonstran telah turun ke jalan dalam aksi spontan yang dimotori oleh seruan di media sosial untuk “memblokir segalanya”. France24 melaporkan, pihak berwenang memperkirakan jumlah peserta demonstrasi akan meningkat signifikan pada hari Kamis, menandai tekad serikat pekerja untuk mempertahankan momentum protes.
Seorang pejabat keamanan memperingatkan risiko gangguan ketertiban publik yang serius. Menteri Dalam Negeri yang akan lengser, Bruno Retailleau, menyatakan kelompok-kelompok kecil ultra-kiri berpotensi menyusup ke aksi resmi, dengan risiko sabotase dan blokade mulai dari Rabu malam hingga Kamis pagi. Ia menegaskan bahwa kerusakan pada gedung-gedung publik tidak akan ditoleransi.
Dengan perkiraan jumlah massa yang mencapai ratusan ribu, protes ini tidak hanya menyoroti ketidakpuasan publik terhadap kebijakan ekonomi pemerintah, tetapi juga menggambarkan bagaimana simbol budaya populer dapat menjadi alat ekspresi politik yang kuat, mencerminkan kekecewaan dan aspirasi masyarakat terhadap krisis sosial dan ekonomi yang tengah berlangsung. []
Diyan Febriana Citra.