Banjir Landa Samarinda, 50 Hektar Lahan Padi di Lempake Terancam Gagal Panen

SAMARINDA — Sekitar 50 hektare lahan padi di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, terendam banjir dan terancam mengalami gagal panen. Banjir yang melanda sejak awal pekan ini semakin memburuk akibat hujan deras yang kembali mengguyur wilayah tersebut pada Rabu (14/5/2025) malam.
Ketua Kelompok Tani Krida Karya Utama sekaligus Manajer Brigade Pangan Suluh Manuntung Samarinda, Adung KS Utomo, mengatakan bahwa banjir kali ini menjadi yang terparah dalam dua musim tanam terakhir.
“Untuk wilayah sawah di Samarinda Utara, memang di Lempake yang paling parah. Hujan sejak sore memperparah kondisi air yang belum surut sejak kemarin,” ujar Adung kepada ANTARA.
Ia menjelaskan, beberapa titik terdampak banjir antara lain kawasan Betapus, Girirejo, hingga Muang Ilir. Tanaman padi di wilayah tersebut berada dalam berbagai fase pertumbuhan, mulai dari masa bunting, keluar malai, hingga siap panen.
“Bahkan, ada petani yang sudah panen, tapi gabahnya ikut terendam dan hanyut terbawa arus,” ungkapnya.
Dari total luas lahan olah tanam (Oplah) di Samarinda Utara yang mencapai 210 hektare, sekitar 50 hektare di antaranya kini berada dalam status darurat akibat genangan banjir.
Adung menyayangkan belum optimalnya perlindungan terhadap petani, terutama terkait akses terhadap asuransi pertanian. Ia menilai prosedur klaim asuransi masih rumit dan tidak responsif terhadap kebutuhan petani yang terdampak bencana.
“Ini musim tanam kedua kami tahun ini. Yang pertama gagal panen karena banjir bulan Januari. Sekarang, setelah menanam kembali, belum sempat panen sudah kebanjiran lagi,” keluhnya.
Ia mencontohkan kerugian yang dialami seorang ketua kelompok tani di wilayahnya yang telah mengeluarkan biaya hingga Rp7 juta untuk mengelola kurang dari dua hektare lahan. Seluruh hasil upaya tersebut kini terancam gagal total akibat banjir.
Adung berharap pemerintah daerah dapat menyiapkan skema subsidi pertanian serta mempercepat bantuan benih dan sarana produksi pascabanjir. Menurutnya, bencana alam seperti ini tidak dapat dikendalikan oleh petani, sehingga intervensi negara menjadi sangat diperlukan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kalimantan Timur, Siti Farisyah Yana, menyatakan bahwa pihaknya terus memantau situasi di lapangan melalui petugas lapangan yang diperintahkan untuk memperbarui data setiap hari.
“Kami sudah identifikasi dampak banjir dan akan segera menyalurkan bantuan, terutama benih, untuk mempercepat proses tanam ulang saat air mulai surut,” kata Yana.
Ia berharap kondisi cuaca membaik pada Juni mendatang agar petani dapat kembali menanam tanpa hambatan. DPTPH juga mengimbau para kelompok tani untuk terus berkoordinasi dengan penyuluh dan dinas terkait guna memastikan bantuan tersalurkan secara tepat sasaran. []
Nur Quratul Nabila A