Api Lalap Kandang Ayam di Jombang, Kerugian Diperkirakan Capai Rp700 Juta

JOMBANG – Kebakaran hebat melanda sebuah kandang ayam milik PT Satwa Utama Raya yang berlokasi di Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Selasa (20/5/2025) dini hari. Sebanyak 10.000 ekor ayam broiler dilaporkan tewas terbakar dalam insiden tersebut, dengan nilai kerugian ditaksir mencapai Rp700 juta.
Kepala regu Pemadam Kebakaran (PMK) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang, Syamsul Bahri, mengungkapkan bahwa pihaknya menerima laporan kejadian sekitar pukul 01.00 WIB. Untuk menangani kobaran api yang membesar cepat, tim pemadam mengerahkan tiga unit mobil pemadam serta dua tangki penyuplai air.
“Pemadaman berlangsung cukup lama karena luasnya area kandang. Api baru bisa kami kuasai sekitar pukul 06.00 WIB,” ujar Syamsul saat dikonfirmasi pada Selasa pagi.
Menurut keterangan Kepolisian Resor Jombang, api pertama kali diketahui oleh seorang penjaga kandang yang tengah berjaga malam. Ketika alarm peringatan berbunyi, penjaga segera mengecek sumbernya dan menemukan percikan api di bagian tengah kandang nomor dua dari arah utara.
“Penjaga kandang sempat mencoba memadamkan api dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), namun api terus membesar dan sulit dikendalikan,” ungkap Kepala Seksi Humas Polres Jombang, Iptu Kasnasin.
Dalam waktu singkat, kobaran api melalap seluruh bangunan kandang dan menyebabkan kematian massal ayam-ayam yang terkurung di dalamnya. Petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi sekitar 20 menit setelah dihubungi, namun api telah meluas dan menghancurkan sebagian besar bangunan.
“Penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan. Dugaan sementara belum mengarah ke korsleting listrik, namun kami akan dalami semua kemungkinan,” imbuh Kasnasin.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa dari pihak manusia, kebakaran tersebut menimbulkan kerugian materiil yang sangat besar, khususnya bagi sektor peternakan perusahaan yang terdampak. Hingga berita ini diturunkan, petugas gabungan dari kepolisian dan BPBD masih melakukan pendataan serta evaluasi risiko di lokasi. []
Nur Quratul Nabila A