Layar Mahakama Gelar “Bioskop Terapung” di Tiga Danau Kaltim

SAMARINDA — Komunitas film independen Layar Mahakama kembali mencuri perhatian dengan menggelar program inovatif bertajuk Bioskop Terapung: 3 Danau Kalimantan Timur. Program ini menjadi kolaborasi unik antara seni sinema dan keindahan alam, menghadirkan pemutaran film di atas air di tiga danau besar Kalimantan Timur: Danau Jempang, Danau Semayang, dan Danau Melintang.

“Program ini merupakan bentuk eksplorasi kami dalam memperluas ruang tayang film sekaligus mengangkat potensi alam dan budaya lokal,” kata Muhammad Al-Fayed, Festival Director Bioskop Terapung 3 Danau, dalam keterangan tertulis, Kamis (22/5/2025).

Bioskop Terapung tahun ini mengusung pendekatan sinema luar ruang yang menyatu dengan alam. Film-film yang ditayangkan merupakan hasil kurasi dari proses open submission, dengan fokus pada karya-karya sinematik yang relevan dengan ruang hidup masyarakat dan isu-isu lokal. Pemutaran film dilakukan di tiga kota yang berdekatan dengan lokasi danau, menjangkau publik yang selama ini minim akses ke fasilitas sinema.

Kegiatan ini mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui program Dana Indonesiana, sebuah inisiatif strategis untuk membiayai kegiatan kebudayaan yang berakar dari komunitas.

Tidak hanya dukungan dari pemerintah pusat, program ini juga mendapat sambutan positif dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Meskipun terjadi efisiensi anggaran, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) tetap memberikan dukungan non-dana.

“Kami sangat senang bisa mendapat dukungan dari pemerintah provinsi, terutama Dinas Kominfo Kalimantan Timur. Bentuk dukungan yang mereka berikan menunjukkan keterbukaan terhadap komunitas seperti kami,” ujar Fayed.

Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur turut berperan dalam memperkuat kolaborasi ini. Sinergi antarsektor dianggap penting untuk memperkuat ekosistem film dan budaya di daerah.

Layar Mahakama dikenal sebagai komunitas yang aktif mendorong ruang sinema alternatif di Kalimantan Timur. Sejak awal berdiri, mereka berupaya mendekatkan karya film independen ke masyarakat melalui pendekatan yang kontekstual dan partisipatif.

“Dengan hadirnya Bioskop Terapung, kami ingin membuka akses lebih luas terhadap film, serta mempererat hubungan antara masyarakat, seni, dan ruang hidupnya,” pungkas Fayed.

Bioskop Terapung 2025 tak hanya menjanjikan pengalaman menonton yang berbeda, tetapi juga menjadi momentum penting bagi pelibatan masyarakat dalam narasi kebudayaan mereka sendiri. Festival ini dijadwalkan berlangsung sepanjang pertengahan hingga akhir tahun 2025, dengan jadwal rinci yang akan diumumkan dalam waktu dekat. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *