20 Medali Emas Tak Cukup: Tantangan Pembinaan Atlet Pelajar Panahan Kaltim

ADVERTORIAL – Meski meraih sukses besar di Kejuaraan Panahan Piala Gubernur Kaltim 2025, Black Bee Archery Club menghadapi tantangan pembinaan yang melekat pada pola latihan klub panahan berbasis pelajar. Prestasi mereka—menjuarai turnamen dengan 20 medali emas—menegaskan potensi yang besar, namun juga memicu refleksi terhadap sistem dukungan olahraga untuk pelajar.

“Black Bee Archery Club berhasil meraih 20 medali emas dan keluar sebagai juara umum dalam Kejuaraan Panahan Piala Gubernur,” ujar pelatih M. Ali Syahbana, Minggu (22/06/2025). Prestasi ini bukan sekadar hasil alami dari latihan rutin, namun buah strategi dan inovasi pembinaan.

Ali menjelaskan bahwa kendala utama klubnya adalah jadwal pertandingan yang padat, sehingga durasi antara satu kejuaraan ke kejuaraan berikutnya hanya dua hingga tiga bulan. “Karena kejuaraan kan banyak sekali, jadi kami antar dari satu event ke event lain itu tidak lama, sekitar hanya dua atau tiga bulan,” katanya. Situasi ini menuntut strategi latihan yang efektif dan adaptif.

Sumber daya latihan juga terkendala oleh status pelajar atlet yang baru bisa berlatih setelah pulang sekolah. “Latihan itu pun dengan waktu mereka sisa pulang sekolah, karena pulang sekolahnya ada yang sampai jam 05.00 sore baru bisa latihan,” tutur Ali. Keterbatasan waktu ini menekankan perlunya pendekatan latihan yang disinkronkan dengan jam belajar.

Solusi yang diambil Ali adalah menyusun program latihan mandiri untuk dilakukan di rumah. “Akhirnya saya buat rekayasa program yang bisa mereka lakukan di rumah,” ungkapnya. Strategi ini memberi keleluasaan bagi atlet untuk tetap mengasah kemampuan dan mengelola waktu secara fleksibel, meski tetap berada dalam kerangka target latihan.

Nilai-nilai keilmuan dan etos kerja tetap dijunjung tinggi oleh Ali. Meski sudah berpengalaman, ia tetap menempatkan fokus pada kebutuhan atlet. “Kalau saya sih enggak berharap banyak, yang penting untuk atlet,” katanya menunjukkan dedikasi tulus terhadap perkembangan para siswanya.

Dengan pengalaman sejak 1989, Ali membawa pendekatan kolaboratif dalam klubnya. “Karena saya di panahan ini dari tahun 1989 berarti sudah 36 tahun, kurang lebih,” ungkapnya. Ia memahami bahwa keberhasilan olahraga di tingkat pelajar membutuhkan sinergi antara sekolah, pelatih, klub dan dukungan struktural dari luar.

Oleh karena itu, Ali berharap adanya perhatian nyata dari pemerintah daerah dan sponsor, terutama terkait fasilitas olahraga dan perangkat pendukung latihan. “Yang penting bagaimana supaya atletnya di-support, entah ketika mereka berprestasi diapresiasi, mungkin ada bantuan-bantuan alat atau apa untuk klub-klub yang berprestasi, mungkin didukung,” jelasnya.

Meskipun berhasil meraih medali, Ali menyadari bahwa untuk mencapai prestasi berkelanjutan, Black Bee Archery Club perlu didukung dengan sistem pembinaan yang kokoh, akses fasilitas, serta pendanaan yang memadai. Tanpa struktur yang memadai, klub-klub berbasis pelajar seperti mereka akan kesulitan mempertahankan momentum positif di tengah persaingan yang semakin kompetitif. []

Penulis: Putri Aulia Maharani | Penyunting: Enggal Triya Amukti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *