Seniman Ondel-Ondel Keluhkan Larangan Mengamen: Kami Bukan Preman

JAKARTA — Mulyadi (57), seniman Betawi sekaligus Ketua Sanggar Irama Betawi, mengungkapkan kesulitannya dalam mencari nafkah akibat sepinya panggilan untuk pertunjukan ondel-ondel serta pelarangan kegiatan mengamen oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Ia kini terpaksa membuka usaha kelontong kecil di sekitar tempat tinggalnya di Johar Baru, Jakarta Pusat, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Sekarang saya buka kelontongan kecil, saya sebelumnya udah harus pasang kuda-kuda,” kata Mulyadi saat ditemui Kompas.com, Kamis (26/6/2025).

Menurut Mulyadi, sebelum pandemi COVID-19, kelompok ondel-ondel masih sering diundang untuk tampil dalam acara kebudayaan, baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat.

Namun saat ini, panggilan panggung semakin jarang, bahkan untuk kegiatan perayaan tradisional pun sudah nyaris tak terdengar.

Dalam kondisi sulit itu, sebagian seniman berinisiatif untuk mengamen demi bertahan hidup.

Namun, inisiatif tersebut justru mendapat larangan dari Pemerintah Provinsi Jakarta, yang menilai penggunaan ondel-ondel di jalanan dapat mencederai nilai budaya warisan Betawi.

“Sampai ondel-ondel dilarang (mengamen), ya kami punya usaha kelontongan. Padahal kan mengamen hasilnya lumayan bisa buat sehari-hari,” keluh Mulyadi.

Mulyadi menyayangkan kebijakan pelarangan tersebut karena berpotensi menambah angka pengangguran di kalangan pelaku seni tradisional.

“Tergantung pemerintah, kalau dilarang, mau dikemanakan ini pengamen ondel-ondel. Nanti ujung-ujungnya menambahkan pengangguran,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa para pengamen ondel-ondel bukanlah pelaku premanisme seperti yang kadang diasumsikan sebagian pihak.

Menurutnya, mereka justru berperan memperkenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas.

“Kasarnya kan bukan preman. Mereka mengedepankan kebudayaan melalui mengamen,” ujar Mulyadi.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan bahwa ondel-ondel tidak semestinya digunakan untuk mengamen di jalan.

Ia menekankan pentingnya menjaga kehormatan ondel-ondel sebagai warisan budaya yang harus dirawat dan ditampilkan dalam konteks yang lebih terhormat.

“Saya termasuk yang kemudian memesankan supaya, mohon maaf, ondel-ondel tidak digunakan untuk mengamen lah. Tetapi betul-betul dirawat dengan baik,” ucap Pramono dalam sebuah acara di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (28/5/2025). []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *