Jembatan Muara Lawai Roboh, Truk Batubara Dilarang Melintas

LAHAT — Pemerintah dan aparat kepolisian mengambil langkah tegas pascaambruknya Jembatan Muara Lawai di Desa Muara Lawai, Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
Seluruh kendaraan pengangkut batubara untuk sementara waktu dilarang melintas di wilayah tersebut guna mengantisipasi risiko lanjutan serta menjamin keselamatan pengguna jalan.
Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Sumatera Selatan, Kombes Pol Maesa Soegriwo, menyatakan bahwa pihaknya tengah melakukan koordinasi intensif untuk menangani dampak insiden tersebut.
“Kami akan membahas langkah-langkah strategis bersama Kapolres, Kasat Reskrim, Kasat Lantas, serta pihak terkait lainnya, termasuk dari Mabes Polri,” ujarnya saat meninjau lokasi kejadian, Senin (30/6/2025).
Saat ini, kendaraan pengangkut batubara diminta untuk berhenti di kantong-kantong parkir yang telah disiapkan.
Maesa juga menegaskan bahwa penindakan terhadap pelanggaran kendaraan over dimension over loading (ODOL) akan dilakukan menyusul.
“Fokus utama kami saat ini adalah pada rekayasa lalu lintas, sambil menunggu hasil evaluasi menyeluruh,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Lahat, Bursah Zarnubi, mengungkapkan bahwa penyebab ambruknya jembatan diduga kuat karena faktor usia dan kelebihan beban.
“Jembatan itu dibangun pada 1987. Saat ambruk, beban total yang ditanggung mencapai 160 ton, jauh melampaui kapasitas maksimal,” jelas Bursah.
Ia pun meminta agar Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mengambil sikap tegas, termasuk menghentikan sementara seluruh aktivitas angkutan batubara.
“Kalau pun hendak melintas, maksimal hanya 15 ton. Undang-undang juga sudah mengatur bahwa batubara tidak boleh diangkut di jalan umum, kecuali melalui jalurnya sendiri,” ujarnya.
Menurut Bursah, kondisi infrastruktur jalan yang hanya memiliki kapasitas kelas 1A dengan daya dukung maksimal 10 ton tidak layak dilalui truk-truk bermuatan besar secara bersamaan.
Kepala Satuan Kerja (Kasatker) PJN Wilayah II Sumsel dari Kementerian PUPR, Mardalena, menambahkan bahwa pihaknya telah mengevakuasi kendaraan yang terjebak di lokasi kejadian.
Para sopir juga telah berhasil diselamatkan tanpa laporan korban jiwa.
Ia menyebutkan bahwa jembatan yang berdampingan dengan lokasi ambruk kini dalam tahap akhir pengerjaan lantai dan akan segera diaspal.
“Jembatan tersebut sudah dapat dilalui untuk kendaraan berbobot ringan sebagai solusi sementara,” jelas Mardalena.
Dijelaskannya pula, jembatan yang ambruk merupakan tipe Callender Hamilton yang idealnya hanya mampu menahan beban maksimal 30 hingga 40 ton.
Namun, saat kejadian, jembatan menahan beban berlebih secara bersamaan, menyebabkan tekanan berat di bagian tengah dan memicu keruntuhan struktur.
“Dengan lebar hanya enam meter, truk-truk seharusnya tidak melintas bersamaan. Inilah yang menjadi salah satu pemicu utama keruntuhan,” tutupnya. []
Nur Quratul Nabila A