Istri dan Ibu Tersangka Perusakan Rumah Retret di Cidahu Mohon Bantuan Gubernur Dedi

SUKABUMI — Sejumlah istri dan ibu dari para tersangka kasus perusakan rumah singgah retret di Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mendatangi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Dengan linangan air mata, mereka memohon agar suami dan anggota keluarga mereka yang kini ditahan dapat dibebaskan.

Sebagaimana diketahui, sebanyak tujuh orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut oleh kepolisian. Perusakan terjadi di sebuah rumah singgah yang digunakan sebagai tempat retret bagi pelajar Kristen.

Sebagian dari ibu dan istri tersangka datang sambil menggendong bayi, bahkan dalam kondisi hamil besar. Mereka berharap Gubernur Dedi Mulyadi dapat membantu meringankan nasib keluarga mereka yang kini kehilangan tulang punggung.

“Saya mohon ya, Pak. Anak saya ditahan, belum kerja. Saya enggak punya suami, suami saya sudah meninggal,” ujar seorang ibu, sambil menangis, sebagaimana terekam dalam video unggahan kanal YouTube Dedi Mulyadi, Minggu (6/7/2025).

Putranya, Encek Maulana, merupakan lulusan SMK di Cicurug dan bekerja serabutan sebagai tukang steam motor. Kini ia menjadi salah satu tersangka.

Menanggapi permohonan tersebut, Dedi menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki kewenangan untuk mengintervensi proses hukum yang sedang berjalan. Namun, ia menegaskan akan membantu dari sisi kesejahteraan sosial.

“Saya gubernur, saya tidak bisa mengeluarkan orang dari tahanan. Itu kewenangan penyidik. Tapi saya bisa bantu dari sisi sosial karena ibu sekarang kehilangan pencari nafkah,” ujar Dedi.

Cerita haru juga datang dari istri Sabil, seorang buruh pabrik air minum. Ia menceritakan kesedihan anaknya yang masih berusia empat tahun dan terus mencari ayahnya.

“Anak saya tanya terus, ‘Ayah ke mana?’ Saya jawab kerja. Dia minta agar-agar untuk makan bareng ayah. Pas ada mobil lewat, dia lari teriak ‘ayah, ayah!’ ternyata mobil tetangga,” ucapnya terbata.

Menurut pengakuannya, Sabil terlibat saat insiden penurunan simbol salib, tetapi awalnya hanya mengikuti kerumunan tanpa mengetahui peristiwa yang sedang terjadi.

“Dia enggak punya kuota (internet). Pas keluar rumah, katanya ramai demo. Setelah salat Ashar, dia turun lagi, lalu ditangkap,” tambahnya.

Istri dari tersangka lainnya, seperti Ncep Mulyana dan Hedi Hermawan, juga menceritakan beratnya beban hidup yang kini mereka tanggung. Istri Ncep kini harus menghidupi empat anak, dua di antaranya masih duduk di bangku SD, dengan kondisi dapur mulai kosong.

Kondisi paling menyayat datang dari istri Risman, yang sedang hamil delapan bulan dan harus menghadapi persalinan pertama tanpa pendampingan suami maupun orang tua.

“Saya bingung, Pak. Mau melahirkan enggak ada suami, enggak ada orangtua,” ucapnya pilu.

Menanggapi itu, Gubernur Dedi Mulyadi menyatakan akan membantu kebutuhan dasar keluarga para tersangka, mulai dari kebutuhan dapur hingga biaya persalinan.

“Persoalan hukum biarlah berjalan sesuai prosesnya. Tapi soal dapur, soal kebutuhan dasar keluarga, itu tanggung jawab saya sebagai gubernur,” tegasnya.

Para istri juga memohon agar difasilitasi untuk bertemu dengan Wedi, pemilik rumah singgah yang menjadi lokasi insiden. Mereka ingin menyampaikan permintaan maaf secara langsung dan berharap ada jalan damai.

“Kami sudah minta maaf lewat video, tapi belum bisa bertemu langsung. Kami mohon Bapak bisa pertemukan,” ujar salah satu warga.

Warga menyatakan bahwa selama ini hubungan dengan Wedi berjalan baik dan tidak pernah ada konflik agama.

“Dulu itu gudang jagung. Enggak pernah ada masalah,” kata warga lainnya.

Gubernur Dedi menegaskan bahwa ia akan tetap berdiri netral sebagai pemimpin seluruh warga Jawa Barat, dan mengimbau masyarakat bersabar serta menyerahkan proses hukum kepada kuasa hukum masing-masing. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *