Kukar Masuk Daftar Penerima Program Pembelajaran Digital Nasional

ADVERTORIAL — Transformasi digital di sektor pendidikan kini mulai menapakkan jejaknya di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Sebanyak 38 Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditetapkan sebagai sasaran program nasional pembelajaran coding, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), dan pembelajaran mendalam (deep learning). Namun, di balik kebijakan pusat itu, guru menjadi pihak yang memegang peran paling krusial dalam mewujudkan perubahan nyata di ruang-ruang kelas.
Pelaksana tugas Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, Emy Rosana Saleh, menyampaikan bahwa program ini merupakan mandat langsung dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Republik Indonesia yang harus dijalankan oleh daerah.
“Program ini merupakan amanah langsung dari Kemendikdasmen. Sekolah-sekolah yang menjadi sasaran telah ditetapkan oleh kementerian, dan kami di daerah hanya menerima daftar penunjukan tersebut,” ujar Emy, Rabu (02/07/2025).
Melalui kolaborasi antara Badan Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK), Unit Pelaksana Teknis (UPT) provinsi, dan dinas pendidikan daerah, program ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama berupa pelatihan coding dan AI bagi 38 guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), difasilitasi oleh Lembaga Pelatihan dan Diklat (LPD) Juli Cintrawan Robotik.
“Kegiatan ini penting untuk meningkatkan kompetensi guru TIK dalam penguasaan coding dan AI, agar bisa diterapkan dalam pembelajaran siswa di sekolah,” lanjut Emy.
Tahap kedua diperuntukkan bagi kepala sekolah dan tiga guru dari masing-masing SMP, yang berasal dari mata pelajaran Bahasa, Sains, dan Matematika. Pelatihan deep learning ini ditangani langsung oleh BGTK pusat. Untuk mendukung pelatihan, sejumlah fasilitator sedang dibekali di Balikpapan. Mereka berasal dari usulan Disdikbud Kukar.
“Harapan kami, program ini dapat menjadi pintu masuk bagi para guru dan siswa untuk lebih siap menghadapi tantangan dunia pendidikan berbasis digital,” tutup Emy.
Dengan pelatihan ini, para guru tidak hanya dituntut menguasai teknologi, tetapi juga menjadi agen perubahan dalam menghadirkan metode pembelajaran yang lebih relevan dan adaptif. Peran mereka sangat menentukan dalam menjembatani kurikulum nasional dengan kebutuhan dan kesiapan peserta didik, terutama di daerah yang baru mulai mengenal teknologi sebagai bagian dari proses belajar-mengajar.
Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari jumlah pelatihan yang diberikan, melainkan dari sejauh mana para guru mampu menginternalisasi teknologi ke dalam praktik pendidikan yang berdampak langsung bagi murid dan komunitas sekolah.[] ADVERTORIAL
Penulis: Suryono | Penyunting: Aulia Setyaningrum