POPDA Kaltim 2025 Hanya Pertandingkan 14 Cabor Utama

ADVERTORIAL – Keputusan membatasi jumlah cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Kalimantan Timur (Kaltim) 2025 menimbulkan tantangan tersendiri bagi upaya pembinaan atlet usia muda di daerah. Hanya 14 cabor yang dipastikan digelar dalam ajang dua tahunan ini, jauh dari jumlah ideal yang diharapkan para pembina olahraga pelajar.

Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim, Rasman Rading, menyampaikan bahwa keputusan tersebut merupakan hasil rapat bersama panitia pelaksana dan pemerintah daerah tuan rumah. “Kita sudah melakukan rapat bersama dengan tuan rumah. Akhirnya diputuskan hanya 14 cabang olahraga yang akan dipertandingkan di POPDA tahun ini. Ada juga dua cabor tambahan yang diusulkan sebagai ekshibisi, yaitu Piki World dan Wood World, tetapi keduanya tidak masuk dalam perebutan medali,” ujarnya, Senin (07/07/2025).

Keterbatasan anggaran menjadi alasan utama pembatasan ini, disusul oleh kesiapan fasilitas yang dinilai belum memadai di beberapa wilayah. “Memang keinginan awalnya kita ingin semua 21 cabang olahraga yang sesuai standar POPNAS bisa dipertandingkan. Tapi kita harus realistis. Kesiapan anggaran sangat berpengaruh, ditambah lagi beberapa fasilitas di tuan rumah memang belum memadai untuk semua cabor,” jelas Rasman.

Banyak daerah yang akhirnya tidak dapat mengirimkan atlet karena keterbatasan infrastruktur dan SDM. Dalam jangka panjang, kondisi ini dikhawatirkan akan mempersempit ruang pembinaan bagi atlet pelajar dari daerah yang belum memiliki keunggulan cabor tertentu. Hal ini bertolak belakang dengan semangat pemerataan pembinaan prestasi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

“Dalam DBON, memang tidak ada kewajiban setiap daerah harus punya semua cabor. Yang penting, mereka memetakan cabor unggulan yang bisa dikembangkan dan berpotensi menghasilkan prestasi,” kata Rasman.

Kondisi ini semakin kompleks karena tidak semua nomor pertandingan bisa digelar jika jumlah pesertanya kurang dari empat orang. “Ini juga jadi alasan kenapa beberapa cabor terpaksa tidak bisa dipertandingkan. Kalau pesertanya kurang dari empat dalam satu nomor, ya tidak bisa dilaksanakan. Aturan ini juga berlaku di tingkat nasional seperti POPNAS,” tambahnya.

Rasman menyatakan bahwa pembatasan ini semestinya menjadi momentum bagi seluruh kabupaten/kota untuk memperbaiki pembinaan atlet sejak dini. Ia mendorong agar setiap daerah serius menyiapkan atlet dan fasilitas pendukung secara berkelanjutan.

“Kami sangat berharap ke depan seluruh daerah bisa semakin siap, baik dari sisi atlet maupun fasilitas. Dengan begitu, kita bisa menyelenggarakan POPDA yang lebih besar dan meriah, serta mampu mencetak atlet-atlet berprestasi untuk Kaltim,” tutupnya.

Meski terbatas, POPDA 2025 tetap menjadi panggung penting bagi para pelajar untuk menyalurkan bakat dan menunjukkan potensi. Namun, keberlanjutan pembinaan atlet hanya bisa terwujud jika semua pihak berkomitmen mendorong pemerataan akses dan kualitas olahraga pelajar di seluruh Kalimantan Timur.[]

Penulis: Putri Aulia Maharani | Penyunting: Aulia Setyaningrum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *