Dispora Kaltim Fokus Kualitas, Kurangi Cabor POPDA

ADVERTORIAL — Keputusan untuk tidak mempertandingkan delapan cabang olahraga (cabor) dalam Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Kalimantan Timur (Kaltim) 2025 menimbulkan kekhawatiran terhadap kesinambungan pembinaan atlet muda di daerah. Meskipun kebijakan ini diambil dengan alasan efisiensi, dampaknya dirasakan langsung oleh pelajar dan pelatih yang selama ini aktif di cabang-cabang yang ditiadakan.

Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim, sebagai penyelenggara utama kegiatan, menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangkan tiga faktor utama: keterbatasan anggaran, kesiapan fasilitas, dan minimnya jumlah atlet untuk cabor tertentu.

“Setelah rapat koordinasi, disepakati bahwa tahun ini ada delapan cabang olahraga yang tidak bisa dipertandingkan. Ini bukan keputusan yang mudah, tapi harus diambil demi efisiensi dan kesiapan tuan rumah,” ujar Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dispora Kaltim, Rasman Rading, saat diwawancarai di ruang kerjanya, Senin (07/07/2025).

Adapun delapan cabor yang dipastikan tidak masuk dalam kompetisi tahun ini meliputi angkat besi, dayung, gulat, panjat tebing, sepak takraw, tenis lapangan, tenis meja, dan wushu. Akibatnya, dari 31 cabang olahraga yang terdaftar secara nasional, hanya 23 yang akan dipertandingkan di POPDA Kaltim 2025.

“Kita bukan tidak ingin semua cabor dipertandingkan, tapi kita harus melihat dari sisi kemampuan anggaran dan fasilitas. Beberapa cabor memang belum memungkinkan untuk digelar,” jelas Rasman.

Keputusan ini berdampak langsung pada para atlet pelajar yang selama ini menjadikan POPDA sebagai panggung utama untuk menunjukkan bakat mereka. Di sejumlah kabupaten/kota, para pelatih menyatakan keprihatinan karena anak didik mereka kehilangan kesempatan berkompetisi yang sangat penting dalam proses pembinaan.

Rasman mencontohkan bahwa fasilitas khusus yang dibutuhkan untuk cabor seperti panjat tebing dan dayung belum tersedia di sejumlah daerah. Sementara itu, kekurangan peserta di beberapa cabang juga menjadi pertimbangan logis untuk tidak menyelenggarakan pertandingan.

“Prinsipnya, kita tetap ingin memberikan ruang kompetisi bagi pelajar. Tapi kalau fasilitasnya tidak ada, pesertanya kurang, dan dananya terbatas, ya kita harus ambil keputusan yang bijak,” tegas Rasman.

Ia juga mengungkapkan bahwa cabang olahraga angkat besi sebenarnya masih dalam tahap evaluasi. “Angkat besi masih kami pantau. Belum ada keputusan final apakah bisa digelar atau tidak. Semua tergantung kesiapan daerah dan dukungan fasilitas yang ada,” ujarnya.

Meski demikian, Dispora Kaltim menegaskan bahwa semangat untuk membina dan melahirkan atlet muda tetap menjadi prioritas. Rasman berharap agar ke depan ada peningkatan sinergi antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan olahraga agar fasilitas di daerah dapat diperkuat.

“Harapan kami ke depan, fasilitas olahraga di kabupaten/kota bisa terus dibenahi, sehingga lebih banyak cabor yang bisa dipertandingkan. Karena dari sinilah atlet-atlet berprestasi lahir,” tutup Rasman.

Pelaksanaan POPDA tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga jembatan penting menuju prestasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, meskipun terbatas, penyelenggara tetap menekankan pentingnya kesinambungan dalam pembinaan atlet muda Kaltim demi masa depan olahraga daerah yang lebih gemilang.[]

Penulis: Putri Aulia Maharani | Penyunting: Aulia Setyaningrum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *