Sanggar Ketikai Perkuat Identitas Budaya Lewat Kisah Perempuan

ADVERTORIAL — Dalam panggung kurasi perdana Road to East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025, kehadiran Sanggar Tari Ketikai dari Tenggarong menjadi sorotan dengan penampilan yang merefleksikan peran sentral perempuan dalam budaya Kutai Pesisir. Acara yang digelar oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara (Dispar Kukar) ini berlangsung di Simpang Odah Etam (SOE), Sabtu malam (07/06/2025), disaksikan oleh ratusan warga yang memadati area pertunjukan.

Dua karya utama yang mereka pentaskan, yakni Tari Jepen Kana’ Bini dan Tari Jepen Lewang Begenjoh, menyajikan sudut pandang berbeda tentang dinamika kehidupan masyarakat Kutai, khususnya perempuan. Jika Kana’ Bini menghadirkan sisi sosial para gadis di Tenggarong, maka Lewang Begenjoh menampilkan sisi produktif dan kerja keras perempuan dalam aktivitas pertanian.

Dalam pementasan Kana’ Bini, penonton diajak menyelami kehidupan sehari-hari gadis-gadis Kutai, mulai dari berdandan hingga berinteraksi dalam lingkungan sosial. Gerakan tarian yang lembut dan ekspresif mencerminkan keceriaan serta keanggunan para penari yang mengenakan busana bermotif tradisional dengan desain kekinian. Sedangkan dalam Lewang Begenjoh, narasi yang diusung lebih dinamis, memperlihatkan tahapan bertani mulai dari menanam padi hingga menumbuk hasil panen dengan menggunakan properti seperti lesung dan tampah.

Yuliana Ulandari, pelatih sekaligus penari dari Sanggar Tari Ketikai, menyampaikan bahwa pesan utama dari kedua karya tersebut adalah penguatan identitas budaya perempuan Kutai melalui seni pertunjukan. “Kami ingin menampilkan sisi lembut dan kuat perempuan Kutai. Satu tarian berbicara tentang kehidupan sosial, satunya lagi soal ketekunan dalam bertani,” ungkapnya usai pementasan.

Kedua karya ini disajikan dalam format sendratari, sesuai dengan ketentuan kurasi yang mengatur durasi maksimal 15 menit per penampilan, termasuk sesi persiapan dan dokumentasi. Penggunaan musik latar khas daerah turut mempertegas atmosfer lokal yang ingin dibangun dalam tiap adegan.

Ajang ini menjadi bagian dari rangkaian seleksi menuju panggung utama EBIFF 2025 yang dijadwalkan berlangsung di Samarinda pada 24–29 Juli mendatang. Festival tahunan berskala internasional tersebut diharapkan menjadi jembatan diplomasi budaya yang mempertemukan berbagai negara melalui kesenian rakyat dan warisan leluhur.

Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dispar Kukar, Zikri Umulda, menilai penampilan Sanggar Tari Ketikai memiliki nilai artistik sekaligus edukatif yang tinggi. “Kombinasi antara Tari Kana’ Bini dan Lewang Begenjoh menunjukkan bagaimana narasi lokal bisa ditransformasikan menjadi karya seni berkelas,” ujarnya.

Tidak sekadar tampil di panggung, Sanggar Tari Ketikai telah menunjukkan dedikasi dalam melestarikan budaya lokal, khususnya melalui representasi perempuan dalam seni. Dengan mengangkat tema kehidupan sehari-hari yang sarat nilai, sanggar ini tak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi dan menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya daerah.[]

Penulis: Suryono | Penyunting: Aulia Setyaningrum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *