Gibran Kunjungi SRMA Solo, Bagi Donat dan Sambung Rindu

SOLO — Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, melakukan kunjungan mendadak ke Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 17 Surakarta pada Jumat malam.
Tanpa pengawalan ketat dan mengenakan pakaian kasual berupa kaus oblong hitam dan celana kargo krem, Gibran tiba sekitar pukul 20.30 WIB, membawa 18 kotak donat untuk dibagikan kepada para siswa yang tengah berada di asrama.
Kunjungan malam hari ini menggambarkan pendekatan Gibran yang lebih personal dalam mendekati isu pendidikan, khususnya bagi pelajar dari keluarga kurang mampu.
Sekolah Rakyat adalah model pendidikan berasrama yang didirikan untuk mendampingi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, terutama yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Nasional (DTKS/DTSEN).
Gibran memulai kegiatan dengan menyusuri asrama putra. Di tempat itu, ia menyaksikan kondisi para siswa yang hidup sederhana, tidur di ranjang susun berwarna hitam dengan seprai biru.
Lorong-lorong asrama dipenuhi ranjang dua tingkat, lemari besi abu-abu, serta barang-barang pribadi siswa. Sekitar 20 hingga 30 siswa menghuni tiap ruangan.
Setelah menyapa siswa-siswa kelas 10, Gibran membagikan donat sambil mengajak berbincang ringan.
“Gimana betah di sini, belajar yang rajin ya,” tuturnya hangat kepada para siswa.
Salah satu momen yang paling mengharukan dalam kunjungan tersebut terjadi ketika Gibran memfasilitasi panggilan video antara siswa dan orang tua mereka.
Kebijakan di SRMA yang membatasi penggunaan ponsel membuat banyak siswa tidak leluasa berkomunikasi dengan keluarga.
Dengan menggunakan telepon pribadinya, Gibran menghubungi orang tua siswa.
“Halo, Bu, ini anaknya nyari, Bu, dicariin Malik, Bu,” kata Gibran saat menelepon seorang ibu.
Terdengar nada suara yang penuh kerinduan dari seberang telepon. Setelah itu, ponsel diserahkan kepada siswa bersangkutan.
“Ini, Bu, saya lagi sama Pak Wapres,” ujar sang anak dengan mata berbinar.
Gibran memberikan waktu lebih bagi siswa itu untuk berbicara dengan ibunya, memperlihatkan sikap empati yang jarang terlihat dari pejabat publik pada umumnya.
Setelah selesai dari asrama putra, Gibran melanjutkan menyusuri seluruh kompleks asrama, termasuk ke asrama putri.
Total, ada lima asrama yang ia sambangi malam itu, dan di tiap tempat, ia mengulang rutinitas yang sama: membagikan donat dan menghubungkan siswa dengan orang tua.
Sekolah Rakyat 17 Surakarta saat ini menampung 200 siswa, terdiri dari 117 putra dan 83 putri. Mereka diasuh oleh 20 guru dan 12 tenaga pendidik lainnya.
Selain kegiatan belajar mengajar di siang hari, para siswa juga dibina dalam kegiatan malam hari seperti pelatihan kepemimpinan, spiritualitas, hingga penguatan karakter.
Seluruh kebutuhan siswa, mulai dari makanan, pakaian, buku, hingga layanan kesehatan, ditanggung penuh oleh negara.
SRMA 17 menerapkan kurikulum nasional yang disesuaikan, memberi ruang bagi siswa untuk memilih jalur pembelajaran sesuai dengan minat dan potensi mereka.
Kunjungan Wapres Gibran bukan hanya bentuk perhatian terhadap fasilitas dan sarana, namun juga terhadap kesehatan mental dan ikatan emosional para siswa dengan keluarganya.
Dalam suasana informal namun hangat itu, terlihat bahwa pendidikan bukan hanya soal kurikulum, tetapi juga soal kemanusiaan. []
Nur Quratul Nabila A