1.208 Titik Panas Kepung Sumatera, Riau Tertinggi

SUMATERA – Kondisi cuaca kering yang berlangsung sejak beberapa bulan terakhir mendorong peningkatan drastis jumlah titik panas (hotspot) di wilayah Sumatera, menandai kian meluasnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan tersebut.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang diperbarui Sabtu (19/7/2025) pukul 23.00 WIB, total terdapat 1.208 titik panas tersebar di sembilan provinsi di Sumatera, dengan Riau mencatat jumlah tertinggi.
Prakirawan BMKG Stasiun Pekanbaru, Anggun R, mengonfirmasi bahwa Provinsi Riau menjadi pusat perhatian utama dengan 586 titik panas yang terdeteksi di sepuluh kabupaten/kota.
“Titik panas di Provinsi Riau tersebar di sepuluh kabupaten/kota. Titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi ada 19, sedang 34, dan rendah 533,” ujarnya, dikutip dari Antara, Minggu (20/7/2025).
Kabupaten Rokan Hilir mencatatkan jumlah tertinggi dengan 354 titik, disusul Rokan Hulu (142), Pelalawan (20), Siak (17), Kampar (16), Bengkalis dan Kota Dumai masing-masing 15, Kuantan Singingi (4), Kepulauan Meranti (2), dan Indragiri Hulu (1).
Situasi ini berdampak signifikan terhadap jarak pandang di sejumlah wilayah. Di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, jarak pandang terbatas hanya 4 kilometer, sementara di Bandara Japura, Indragiri Hulu, jaraknya menyusut hingga 3 kilometer.
Sementara itu, kebakaran juga dilaporkan meluas di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Disdamkarmat Natuna, Nurhakim, menyebutkan bahwa lahan terbakar di Tanjung Sagu, Cemaga, diperkirakan melampaui 30 hektare akibat api yang kembali menyala setelah sempat dipadamkan.
“Lokasi kebakaran berada di Tanjung Sagu, Cemaga. Dari laporan pertama, area yang terbakar dihitung sekitar 30 hektare. Tapi karena api kembali menyala, diperkirakan luas lahan yang terbakar menjadi lebih dari 30 hektare,” tuturnya.
Di Sumatera Barat, Pemerintah Kabupaten Solok bersiap menetapkan status darurat menyusul maraknya kejadian karhutla.
Wakil Bupati Solok, Candra, menyebutkan peningkatan signifikan jumlah titik api dalam dua bulan terakhir.
“Beberapa di antaranya seperti kebakaran di Bukit Junjung Sirih dan Hiliran Gumanti, bahkan nyaris mengancam pemukiman warga dan fasilitas umum,” katanya.
Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Barat, Ferdinal Asmin, menambahkan bahwa musim kemarau diperkirakan berlangsung hingga September 2025.
“Setiap hari kami menerima laporan titik api di Kabupaten Solok. Operasional kami pun terbatas akibat efisiensi anggaran. Maka, penetapan status tanggap darurat menjadi penting, agar koordinasi dan bantuan lintas sektor bisa optimal,” jelasnya.
Ia juga menegaskan, kebakaran sebagian besar berasal dari praktik pembukaan lahan dengan cara membakar.
Adapun di Sumatera Selatan, lima unit helikopter dikerahkan untuk mendukung patroli udara dan operasi pemboman air.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, mengatakan helikopter akan digunakan untuk memantau dan menanggulangi karhutla di wilayah yang telah menetapkan status siaga darurat.
Tercatat 10 pemerintah daerah, termasuk Provinsi Sumsel, telah mengambil langkah siaga.
Di Sumatera Utara, Kepala BPBD Sumut, Tuahta Ramajaya Saragih, melaporkan terjadi 80 kasus karhutla sepanjang 2025 dengan luas lahan terbakar mencapai 1.804,95 hektare.
“Sebanyak 40 kejadian karhutla terjadi di kawasan Danau Toba yang melibatkan tujuh kabupaten,” ujarnya. Sisanya tersebar di 14 kabupaten/kota lainnya di luar Kawasan Strategis Pariwisata Nasional tersebut.
Pemerintah pusat dan daerah kini didesak untuk memperkuat mitigasi dan respons cepat agar potensi kerusakan ekologi tidak semakin meluas, mengingat musim kemarau diprediksi berlangsung cukup panjang hingga awal kuartal akhir tahun ini. []
Nur Quratul Nabila A