Riau Darurat Karhutla: 4.449 Titik Panas, 44 Tersangka Diamankan

PEKANBARU – Peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau memicu kekhawatiran serius dari pemerintah pusat.

Jumlah titik panas (hotspot) yang terus bertambah menunjukkan bahwa praktik pembukaan lahan secara ilegal masih terjadi, meski telah ada peringatan keras dan ancaman sanksi pidana.

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menyampaikan peringatan tegas kepada masyarakat dan korporasi agar tidak lagi melakukan pembakaran lahan sebagai metode pembersihan.

Imbauan itu terutama ditujukan untuk periode 22 hingga 28 Juli, yang menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merupakan masa dengan risiko kebakaran tertinggi.

“Paling penting untuk disampaikan ke publik, terutama kepada masyarakat Riau agar periode-periode ini tidak ada yang membakar lahan. Tidak membakar hutan maupun lahan,” tegas Raja, Senin (22/7/2025), di sela penandatanganan nota kesepahaman dengan PP Muhammadiyah.

BMKG sebelumnya melaporkan bahwa dalam sepuluh hari terakhir suhu udara di wilayah Sumatra mengalami peningkatan drastis akibat cuaca ekstrem dan dampak dari badai Wipha yang melanda kawasan Filipina.

Hal ini menyebabkan kondisi permukaan tanah menjadi sangat kering dan mudah terbakar.

Raja menyatakan bahwa pembakaran hutan dan lahan, terutama untuk land clearing, merupakan tindakan yang tidak dapat ditoleransi.

“Jangan berani-berani melakukan land clearing, membersihkan lahan untuk menanam dengan cara pembakaran, karena potensinya sangat luar biasa buruk,” katanya.

Penegakan hukum juga ditegaskan akan dilakukan tanpa pandang bulu. Raja menyebut Kementerian Kehutanan telah berkoordinasi langsung dengan Kapolda Riau, Irjen Herry Heryawan, serta Kepala BNPB dan BMKG, yang telah meninjau langsung ke lokasi terdampak karhutla.

Ia juga mengirim Wakil Menteri Kehutanan Sulaima Umar dan Dirjen Penegakan Hukum Kementerian Kehutanan Dwi Januanto sejak Minggu lalu untuk mengawal proses penanganan di lapangan.

Data dari Sistem Pemantauan Karhutla (SiPongi) menunjukkan bahwa Kabupaten Rokan Hilir menjadi wilayah dengan jumlah hotspot terbanyak, yakni 1.767 titik. Rokan Hulu menyusul dengan 1.114 titik, dan Kota Dumai mencatat 333 titik panas.

Total hotspot sejak 1 Januari hingga 20 Juli 2025 tercatat sebanyak 4.449 titik, dengan lonjakan signifikan terjadi sepanjang bulan Juli sebanyak 3.031 titik.

Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup mencatat sebanyak 44 orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembakaran lahan sejak Januari 2025, termasuk 29 tersangka hanya dalam sepekan terakhir. Total luas lahan yang terbakar mencapai 269 hektare.

Situasi sempat memburuk dengan munculnya asap lintas batas pada 19 Juli, yang dilaporkan mencapai wilayah Malaysia.

Namun, kondisi tersebut mulai membaik sehari kemudian berkat langkah darurat berupa Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang dilakukan oleh BNPB dan BMKG.

Dalam tahap kedua operasi ini, telah dilakukan 14 sortie dengan total 12.600 kilogram garam (NaCl) disemai ke awan. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *