Longsor Terjang Gilgit-Baltistan, 5 Tewas dan 15 Hilang

ISLAMABAD – Tanah longsor hebat melanda kawasan pegunungan di Distrik Diamer, wilayah Gilgit-Baltistan, Pakistan utara, menyusul hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak Senin (21/7/2025).
Peristiwa ini menambah daftar panjang bencana yang terjadi sepanjang musim hujan tahun ini di negara tersebut.
Sedikitnya lima orang dilaporkan tewas, termasuk seorang warga lokal dan empat wisatawan.
Sementara lebih dari 15 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Longsor yang terjadi di jalan utama tersebut menyapu sedikitnya delapan kendaraan, menyulitkan proses evakuasi.
“Seorang penduduk lokal dan empat turis telah meninggal dunia, dan di antara korban tewas terdapat seorang perempuan yang belum teridentifikasi,” ujar Atta-ur-Rehman Kakar, pejabat senior di Distrik Diamer, dalam pernyataan videonya, Selasa (22/7/2025), dikutip dari AFP.
Pemerintah setempat menyebutkan bahwa sekitar 10 kendaraan terperangkap di bawah reruntuhan tanah dan bebatuan. Tim penyelamat telah dikerahkan untuk mencari korban dan membuka akses jalan.
Meski medan yang sulit memperlambat proses penyelamatan, ratusan wisatawan berhasil dievakuasi dari wilayah terdampak.
“Tim pemerintah telah membersihkan puing-puing dan mengawal mereka keluar dari jalan pegunungan, sementara warga lokal menyediakan tempat penampungan darurat dan bantuan,” kata Faizullah Faraq, juru bicara Pemerintah Gilgit-Baltistan.
Wilayah Gilgit-Baltistan dikenal luas sebagai tujuan wisata unggulan di Pakistan. Lanskap alamnya yang menawan—dengan barisan pegunungan Himalaya, lembah-lembah dalam, dan aliran sungai deras—menjadi magnet bagi para pelancong.
Namun, keindahan alam tersebut juga menyimpan risiko tinggi bencana alam, terutama saat musim hujan tiba.
Kejadian di Gilgit-Baltistan bukan satu-satunya bencana yang melanda Pakistan sepanjang musim monsun tahun ini.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Pakistan (NDMA) mencatat setidaknya 221 orang meninggal dunia sejak 26 Juni 2025 akibat berbagai kejadian terkait hujan lebat, seperti banjir bandang, rumah roboh, hingga sengatan listrik.
Dari total korban tersebut, 104 di antaranya adalah anak-anak dan 40 lainnya perempuan. Lebih dari 500 orang mengalami luka-luka.
“Hujan lebat biasanya datang lebih lambat dalam musim hujan. Korban jiwa sebesar ini umumnya baru terjadi pada bulan Agustus, tetapi tahun ini dampaknya sangat berbeda,” ujar juru bicara NDMA.
Musim monsun di Asia Selatan yang berlangsung dari akhir Juni hingga September membawa sekitar 70–80 persen curah hujan tahunan di kawasan ini.
Meski vital bagi sektor pertanian dan ketahanan pangan, hujan monsun kerap menyebabkan bencana besar jika tak diantisipasi dengan baik.
Pada akhir Juni lalu, insiden tragis juga terjadi ketika 13 wisatawan terseret arus saat berteduh di tepi sungai yang meluap.
Sementara pada tahun 2022, banjir besar akibat hujan monsun menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan dan menewaskan lebih dari 1.700 jiwa.
Pemerintah Pakistan kini dihadapkan pada tantangan besar dalam menanggulangi risiko bencana yang terus meningkat, terutama di kawasan rawan seperti Gilgit-Baltistan.
Perubahan pola cuaca dan cuaca ekstrem dipandang sebagai faktor pendorong meningkatnya frekuensi serta intensitas bencana di kawasan tersebut. []
Nur Quratul Nabila A