ASEAN Mediasi Gencatan Senjata Thailand–Kamboja

VIENTIANE, Oct 11 - ASEAN Malaysia 2025, under the theme Inclusivity and Sustainability, embodies the nation's aspiration for shared progress, ensuring that no one is left behind. This theme reflects the nation's hope that the actions citizens initiate today will have a lasting impact. It highlights the nation's commitment to keeping the future in focus as moving forward, as per conveyed during the closing ceremony of the 44th and 45th ASEAN Summits and Related Summits at the National Convention Centre (NCC) here today. --fotoBERNAMA (2024) COPYRIGHT RESERVEDhOnAle
KUALA LUMPUR – Ketegangan bersenjata antara Thailand dan Kamboja akhirnya menunjukkan titik terang setelah kedua negara menyepakati gencatan senjata sementara.
Kesepakatan tersebut dimediasi oleh Malaysia selaku Ketua ASEAN yang tengah aktif memainkan peran diplomatik dalam konflik yang berlangsung sejak pertengahan Juli 2025.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyampaikan bahwa baik Thailand maupun Kamboja telah menyatakan kesediaannya untuk menurunkan eskalasi melalui penghentian sementara serangan.
Namun, kedua negara disebut masih membutuhkan waktu untuk menarik pasukan masing-masing dari garis perbatasan.
“Kedua negara meminta waktu untuk melaksanakan gencatan senjata, karena pasukan militer masing-masing sudah telanjur dikerahkan ke area perbatasan,” ujar Anwar, dikutip dari Malaysiakini, Jumat (25/7/2025).
Melalui akun resminya di platform X, Kementerian Luar Negeri Thailand menyatakan telah menerima proposal gencatan senjata yang diajukan Malaysia.
Namun, mereka memberikan catatan bahwa implementasi kesepakatan harus mempertimbangkan situasi nyata di lapangan.
“Perlu ditegaskan bahwa sepanjang hari, pasukan Kamboja terus melanjutkan serangan membabi buta mereka di wilayah Thailand,” tulis Kemenlu Thailand, dikutip dari Reuters.
“Tindakan Kamboja menunjukkan kurangnya itikad baik dan terus membahayakan warga sipil.”
Ketegangan militer antara Thailand dan Kamboja bermula dari sengketa perbatasan yang telah lama membara.
Insiden bermula pada Mei 2025, saat seorang prajurit Kamboja tewas dalam baku tembak singkat.
Situasi semakin memanas setelah dua prajurit Thailand menjadi korban ranjau, yang memicu pengusiran diplomatik dan balasan militer.
Pada Rabu (23/7/2025) malam, Thailand menarik pulang duta besarnya dari Phnom Penh dan mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok.
Keesokan harinya, Angkatan Udara Thailand meluncurkan serangan udara menggunakan jet tempur F-16 ke wilayah Kamboja.
Menurut laporan Reuters, sebanyak 16 orang tewas selama dua hari konflik—13 warga sipil dan satu tentara di Thailand, serta satu korban tewas dan lima lainnya luka-luka di pihak Kamboja.
Bentrokan sempat menyebar ke 12 titik di sepanjang perbatasan, dan pemerintah Thailand telah mengevakuasi lebih dari 100.000 warga ke hampir 300 titik pengungsian. []
Nur Quratul Nabila A