Mahulu Terisolasi, DPRD Kaltim Dorong Perbaikan Akses Distribusi

ADVERTORIAL – Kondisi geografis dan cuaca ekstrem kembali menimbulkan dampak serius bagi masyarakat Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur (Kaltim). Dalam dua bulan terakhir, musim kemarau berkepanjangan menyebabkan penurunan drastis debit Sungai Mahakam, jalur transportasi utama menuju daerah perbatasan tersebut. Akibatnya, distribusi logistik terganggu dan harga kebutuhan pokok, khususnya beras, melonjak tajam.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim, Ekti Imanuel, mengungkapkan bahwa ketergantungan Mahulu terhadap transportasi sungai menjadi hambatan utama dalam distribusi bahan pokok. Ia menilai kondisi ini sebagai krisis berulang yang harus segera ditangani secara sistematis dan berkelanjutan.
“Mahulu ini sangat ketergantungan dengan Sungai Mahakam, karena transportasi utama melalui Sungai Mahakam. Setiap tahun itu ada dua bencana yakni banjir dan sungai kering, menjadi kendala dalam transportasi untuk bahan pokok itu,” ujar Ekti usai memimpin Rapat Paripurna ke-26 DPRD Kaltim, Senin (28/07/2025).
Harga beras di Mahulu kini mencapai angka fantastis, yakni sekitar Rp1 juta per karung ukuran 25 kilogram. Kenaikan harga ini tak hanya dipicu terbatasnya pasokan, tetapi juga biaya distribusi yang meningkat akibat keterbatasan jalur transportasi. Selain itu, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) turut memperburuk situasi.
Menyikapi kondisi tersebut, Ekti menegaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan DPRD Mahakam Ulu untuk mencari jalan keluar. Salah satu solusi konkret yang sedang digagas adalah pemberian bantuan subsidi ongkos angkut logistik agar harga barang kebutuhan pokok bisa ditekan.
“Sudah dianggarkan bantuan ongkos angkut. Ini yang akan dilakukan pemerintah Mahulu salurkan supaya transportasi bahan pokok tidak mahal,” jelasnya.
Sebagai legislator dari daerah pemilihan Kutai Barat dan Mahulu, Ekti menekankan pentingnya keterlibatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim. Ia berharap pemerintah provinsi turut mengambil langkah nyata dalam memperbaiki infrastruktur jalan darat menuju Mahulu agar akses distribusi tidak hanya bertumpu pada jalur sungai yang sangat bergantung pada kondisi cuaca.
“Kalau Pemkab lambat, provinsi bisa intervensi dengan langkah cepat. Karena Mahulu tidak boleh dibiarkan terisolir, sebab kita sedang bicara soal perut masyarakat dan kondisi jalan yang belum optimal untuk segera diperbaiki,” tegasnya.
Ia juga mendorong adanya sinergi antarlembaga pemerintahan dalam menangani persoalan logistik ini. Sebab, tanpa pendekatan lintas sektor dan lintas wilayah, krisis distribusi yang menyebabkan lonjakan harga beras bisa menjadi masalah tahunan yang terus berulang.
Sementara itu, masyarakat Mahulu berharap agar distribusi bahan pokok dapat segera kembali normal. Warga mengaku sangat terbebani dengan tingginya harga kebutuhan dasar. Mereka berharap upaya dari legislatif dan eksekutif di tingkat daerah maupun provinsi bisa segera membawa dampak nyata bagi kehidupan mereka yang selama ini terisolasi.
Kondisi Mahakam Ulu mencerminkan tantangan besar yang dihadapi daerah-daerah perbatasan. Ketergantungan terhadap satu moda transportasi dan minimnya infrastruktur penunjang menjadikan wilayah ini sangat rentan terhadap fluktuasi cuaca ekstrem. Oleh karena itu, upaya kolektif dan kebijakan strategis sangat dibutuhkan demi menjamin stabilitas harga serta kelangsungan hidup masyarakat di perbatasan. []
Penulis: Selamet | Penyunting: Aulia Setyaningrum