Ekonomi Digital dan UMKM Harus Jadi Prioritas Baru

ADVERTORIAL — Penurunan angka pengangguran di Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi sinyal positif bagi perekonomian daerah. Namun demikian, sejumlah pihak menilai capaian tersebut belum cukup mencerminkan keberhasilan jangka panjang, terutama jika dilihat dari dominasi sektor ekstraktif dalam penyerapan tenaga kerja.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim, Agusriansyah Ridwan, menyoroti pentingnya pemerintah daerah segera mengubah arah pembangunan ekonomi ke sektor-sektor yang lebih tahan terhadap krisis serta memiliki nilai tambah berkelanjutan. Hal ini disampaikan menyikapi data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 6,81 persen pada 2021 menjadi 5,33 persen pada Februari 2025.
“Kita tentu mengapresiasi turunnya angka pengangguran. Tapi kalau penyerapan tenaga kerja masih dominan di tambang dan konstruksi, maka itu belum bisa disebut sebagai kemajuan yang berkelanjutan,” ujar Agusriansyah, Jumat (18/07/2025).
Menurutnya, sektor ekonomi digital, pertanian modern (agritech), industri kreatif, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbasis inovasi harus mulai diprioritaskan. Ia menyebut potensi generasi muda Kaltim yang besar dapat menjadi kekuatan utama dalam transformasi ketenagakerjaan, asalkan difasilitasi dengan program pelatihan yang relevan. “Generasi muda kita sebenarnya punya potensi luar biasa. Pemerintah tinggal menyediakan wadah pelatihan dan dukungan yang tepat. Misalnya dengan program ekspor untuk produk lokal, pelatihan konten kreator, sampai sertifikasi digital,” jelas politisi muda tersebut.
Ia menggarisbawahi bahwa pelatihan dan pengembangan keterampilan harus berlandaskan pemetaan potensi dan minat generasi muda yang akurat. Tanpa data yang jelas, pelatihan dikhawatirkan menjadi beban anggaran tanpa menghasilkan output nyata. “Tanpa data yang akurat soal minat pemuda, pelatihan hanya buang anggaran. Kita butuh pelatihan yang benar-benar bisa jadi pintu masuk ke dunia kerja masa depan,” katanya.
Agusriansyah juga menegaskan pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri. Ia mengkritik sistem pendidikan dan pelatihan yang masih berjalan secara terpisah tanpa konektivitas yang jelas terhadap lapangan kerja. “Pendidikan dan pelatihan tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Harus terhubung langsung dengan kebutuhan industri lokal. Kalau tidak, lulusan justru jadi pengangguran baru,” tegasnya.
Untuk itu, ia mendorong penyusunan peta jalan ketenagakerjaan berbasis riset yang menyeluruh, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah daerah, menurutnya, harus menjadi motor penggerak penciptaan ekosistem ketenagakerjaan yang sesuai dengan potensi lokal dan harapan generasi muda. “Kita tidak boleh pasif menunggu investasi datang dan lapangan kerja terbuka begitu saja. Justru pemerintah daerah harus jadi inisiator penciptaan ekosistem kerja yang relevan dengan potensi lokal dan cita-cita generasi mudanya,” pungkasnya.[]
Penulis: Selamet | Penyunting: Aulia Setyaningrum