Trump Klaim Ditolak Bank Besar, Siapkan Sanksi Debanking

WASHINGTON, D.C. — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuduh dua bank besar, JPMorgan Chase dan Bank of America (BofA), telah mendiskriminasi dirinya dan pendukung konservatif dalam bentuk penolakan layanan keuangan, khususnya setelah dirinya meninggalkan Gedung Putih.
Trump menyampaikan bahwa dirinya tengah mempersiapkan perintah eksekutif yang akan menyasar praktik debanking yang dianggap memiliki motif politis.
Ia menyebut kebijakan perbankan saat ini telah mengarah pada pemutusan hubungan finansial dengan kelompok tertentu hanya karena pandangan politik mereka.
“Saya punya ratusan juta. Rekening saya penuh uang tunai. Mereka bilang, ‘Maaf, Anda punya waktu 20 hari untuk keluar,’” kata Trump dalam wawancara dengan CNBC, Selasa (5/8/2025), tanpa merinci bukti spesifik atas klaim tersebut.
Menurut Trump, setelah ditolak oleh JPMorgan, ia sempat mencoba menyimpan dananya di Bank of America, namun juga mengalami penolakan.
Ia kemudian memutuskan menyebarkan uangnya ke berbagai lembaga perbankan kecil.
“Saya pergi ke bank-bank kecil di mana-mana. Saya taruh US$10 juta di sini, US$10 juta di sana, lalu US$5 juta, US$12 juta,” ujarnya.
Komentar tersebut muncul setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa Trump sedang menyiapkan perintah eksekutif guna menindak bank-bank yang diduga mendiskriminasi secara politis.
Draf dokumen yang dikutip oleh Reuters menunjukkan bahwa perintah itu akan menginstruksikan regulator untuk menyelidiki apakah lembaga keuangan melakukan praktik yang melanggar Equal Credit Opportunity Act, aturan antimonopoli, dan undang-undang perlindungan konsumen.
Sumber dari sektor perbankan mengungkapkan, pengumuman resmi dari pemerintah Trump diperkirakan akan dilakukan pada Rabu waktu setempat.
Jika diberlakukan, kebijakan ini memungkinkan sanksi seperti denda, pembatasan aktivitas usaha, hingga tindakan disipliner terhadap bank yang melanggar.
JPMorgan Chase, dalam pernyataan resminya, tidak secara langsung menanggapi tuduhan Trump, namun menegaskan bahwa pihaknya tidak menutup rekening berdasarkan afiliasi politik.
“Kami tidak menutup rekening karena alasan politik, dan kami sependapat dengan Presiden Trump bahwa perubahan regulasi sangat dibutuhkan,” kata juru bicara JPMorgan.
“Kami memuji Gedung Putih karena menangani masalah ini dan berharap dapat bekerja sama dengan mereka untuk memperbaikinya.”
Sementara itu, Bank of America memilih tidak memberikan komentar langsung terkait tuduhan Trump.
Namun mereka menyatakan mendukung langkah pemerintah untuk mengevaluasi kembali kebijakan perbankan yang berlaku.
“Kami telah memberikan proposal terperinci dan akan terus bekerja sama dengan pemerintah dan Kongres untuk meningkatkan kerangka regulasi,” ujar juru bicara BofA.
Langkah Trump ini muncul di tengah meningkatnya kritik terhadap praktik debanking selama pemerintahan Presiden Joe Biden, ketika lembaga pengawas menggunakan pertimbangan risiko reputasi sebagai acuan dalam menilai nasabah.
Praktik ini dituding menyulitkan akses perbankan bagi individu atau kelompok dengan pandangan politik konservatif atau yang memiliki beban hukum tertentu.
Sebagai respons, Federal Reserve pada Juni lalu menyatakan bahwa pengawas bank tidak lagi akan menggunakan pertimbangan reputasi sebagai faktor utama dalam mengevaluasi hubungan nasabah, demi menjaga netralitas dan aksesibilitas layanan keuangan. []
Nur Quratul Nabila A