Gilee! Sudah 3 Kali SMK Farmasi Buang HP Murid-Muridnya
KUTAI KARTANEGARA – Ternyata pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi sudah berkali-kali membuang telepon-telepon genggam (HP) milik murid-muridnya yang ketahuan membawa gadget canggih itu ke sekolah. Jumlah dan nilai rupiahnyapun tentu sudah tak sedikit yang dihancurkan dan dibuang ke sungai.
Hal itu diungkapkan Yuliati, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. Menurut dia, tradisi membuang HP setidaknya sudah tiga kali dilakukan dan ia heran, mengapa baru belakangan ini diributkan. “Pembuangan HP bukan pertama terjadi, mengapa baru kali ini ramainya. Dari catatan kami, ini sudah ketiga kalinya. Kami tidak ada masalah dengan wali murid karena ini sudah kesepakatan bersama,” ungkap Yuliati kepada Berita Borneo, Senin (7/9).
Peraturan buang HP itu, kata Yuliati, berlaku sejak tahun 2013 dan semula awalnya HP yang berhasil disita dari tangan murid-murid, dihancurkan, tetapi karena melihat kondisi psikologi anak terganggu ketika melihat bekasnya, kebijakan hancur HP dirubah jadi buang HP. “Karena kondisi psikologis anak terganggu, kami mengkaji ulang kembali,” kata Yuli.
Meski banyak mendapatkan kritikan dari berbagai kalangan, namun pihak sekolah swasta ini tetap bersikukuh untuk melanjutkan tradisi buang HP jika anak-anak muridnya ketahuan membawa HP ke sekolah. “Sekolahan akan tetap berpegang teguh pada peraturan ini karena dinilai paling efektif membuat siswa jera. Harapan kami dengan kejadian ini anak bisa disiplin dan fokus terhadap pelajaran,” ujar Yuli.
Disinggung soal pencemaran lingkungan hidup karena membuang sampah ke sungai Mahakam, Yuliati secara pribadi mengaku hal itu tidak masalah dan akan tetap membuang HP di sungai Mahakam. Namun, kelanjutan apakah harus membuang HP ke sungai, pihaknya akan merapatkan dahulu dengan petinggi sekolah lainnya.
Sementara banyak pihak yang mengkritik aksi buang HP murid-murid SMK Farmasi tersebut. Apalagi kebijakan tersebut masih akan terus dijalankan, meski mendapat hujan kritik. Selama ini, SMK Farmasi di Tenggarong memang dikenal sebagai sekolah favorit yang diburu banyak siswa, satu-satunya sekolah kejuruan di Kukar yang membuka jurusan bidang farmasi. Jadi, meskipun swasta dan punya kebijakan yang aneh-aneh, SMK Farmasi tetap tak peduli, karena sekolahnya masih laris manis.
Kepala Bidang (Kabid) Kejuruan, Hajrin menilai, SMK Farmasi adalah sekolah swasta, jadi menurut dia, sah-sah saja punya kebijakan membuang HP. Namun ia menyayangkan, mengapa HP yang bernilai mahal itu dibuang ke sungai, karena mencemari lingkungan. “Saya menyayangkan mengapa pembuangan harus dilakukan di sungai Mahakam, itu jelas mencemari lingkungan,” kata Hajrin.
Menurut dia, masih banyak cara untuk membuat efek jera bagi murid, bukan dengan caranya membuang ke sungai. “Banyak cara lain membuat efek jera terhadap siswa, misalnya HP dirampas kemudian diberikan ketika lulus nanti,” imbuhnya ketika ditemui di kantornya, senin pagi (7/9)
Sebelumnya Himpunan Pelajar dan Mahasiswa (HIPMA) Kukar juga mengkritik kebijakan pihak SMK Farmasi, Tenggarong. “Melempar HP ke sungai Mahakam bukan solusi yang baik, karena itu tidak mendidik mental bagi siswa,” kata Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga HIPMA Kukar, Dedy.
Ia mengatakan dalam aktivitas belajar dan mengajar memang tidak diperkenankan untuk membawa HP karena sudah menjadi kesepakatan antara guru dengan wali murid sejak awal siswa masuk sekolah. Namun sungguh sangat disayangkan, sikap tenaga pendidik hari yang lebih me-netapkan sanksi melempar HP ke sungai Mahakam sebagai hukuman. “Meski itu, sudah disepakati oleh orang tua masing-masing murid, namun tetap saja tidak mendidik bagi mental para siswa,”ujar Dedy.
Andai saja hukuman yang diberikan diubah dengan menjual HP sitaan kemudian hasil penjualannya diberikan kepada anak yatim piatu atau orang-orang yang membutuhkan mungkin itu bisa lebih baik untuk mendidik mental para siswa. “Bukannya malah melempar HP ke Sungai Mahakam yang merupakan simbol sumber kehidupan bagi masyarakat,” tuturnya.
Dedy berharap sanksi seperti ini tidak boleh ditiru oleh sekolah. “Masih banyak cara yang lebih kreatif serta mendidik untuk diterapkan kepada para peserta didik dengan tidak mengajarkan hal-hal yang sifat-nya mubazir,” terang mahasiswa Fakultas Teknik Pertambangan, Unikarta ini.
Sementara itu, Wakil Rektor III Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Dr Ir Sujiman Kasnadi, MT juga mengaku sangat tidak setuju dengan peraturan yang diterapkan pihak sekolah. “Kalau saran saya, HP siswa tidak usah dilempar ke Sungai Mahakam, HP itu di simpan aja oleh guru, pada saat siswa itu lulus sekolah, baru di kembalikan HP-nya,” kata Sujiman.
Sujiman menerangkan, sekolah – sekolah lainnya seperti di Samarinda juga memberikan sanksi kepada siswa yang ketahuan membawa HP, tapi tidak sampai membuang HP-nya ke Sungai apabila terjaring razia. “Tapi kalau ketahuan guru bawa HP, HP-nya disimpan dulu oleh guru untuk sementara, lulus sekolah baru di kembalikan,” pungkasnya. []