Kaltim Genjot Popularitas Olahraga Tradisional

ADVERTORIAL – Di tengah dominasi olahraga populer seperti sepak bola dan bulutangkis, keberadaan olahraga tradisional di Kalimantan Timur (Kaltim) masih belum mendapat sorotan besar dari masyarakat. Padahal, di balik kesederhanaannya, olahraga yang tergabung dalam Induk Organisasi Olahraga (Inorga) ini menyimpan kekayaan nilai budaya dan manfaat kesehatan yang patut dikembangkan.
Inorga berada di bawah naungan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) dan menaungi berbagai jenis olahraga yang lahir dari tradisi, permainan rakyat, hingga aktivitas fisik yang mendukung kebugaran. Secara nasional, tercatat ada 89 inorga yang mencakup ragam aktivitas unik, mulai dari panahan tradisional, menyumpit, enggrang, dansa, hingga bermain layang-layang. Setiap jenis memiliki ciri khas yang mencerminkan akar budaya daerah masing-masing.
“Kalau cabor orang banyak tahu, tapi inorga ini justru yang banyak menyentuh masyarakat karena akarnya dari budaya lokal,” ujar AA Bagus Saputra Sugiarta, Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga Dispora Kaltim, Jumat (23/5/2025).
Di Kaltim, geliat olahraga tradisional mulai terasa. Komunitas-komunitas pecinta inorga tumbuh di berbagai daerah, menjadi wadah bagi masyarakat untuk berlatih dan melestarikan permainan tradisional. Menurut Bagus, tiga inorga yang kini paling menonjol adalah panahan tradisional, menyumpit, dan enggrang. Ketiganya mendapatkan perhatian khusus lantaran tingginya minat dan mulai terorganisasi dengan baik.
Lebih dari sekadar sarana olahraga, kegiatan ini berperan penting dalam mempertahankan warisan budaya. “Ini bukan hanya soal olahraga, tapi juga pelestarian budaya kita,” tegas Bagus. Melalui latihan dan kompetisi, generasi muda diajak mengenal sekaligus mencintai tradisi yang diwariskan oleh leluhur.
Salah satu olahraga yang menunjukkan perkembangan signifikan adalah panahan tradisional. Cabang ini tidak hanya eksis di tingkat lokal, tetapi juga telah masuk dalam ajang bergengsi nasional bahkan internasional. Momentum besar akan hadir pada Tafisa Asian Games 2026, di mana Kalimantan Timur dipercaya sebagai tuan rumah. Keikutsertaan panahan tradisional di ajang tersebut menjadi peluang emas untuk memperkenalkan kekayaan budaya daerah ke mata dunia.
Dispora Kaltim tidak tinggal diam. Melalui pendekatan berbasis komunitas, mereka membangun ekosistem pembinaan yang terstruktur, mulai dari penyelenggaraan kompetisi, pelatihan juri dan pelatih, hingga promosi yang konsisten di berbagai media. Tujuannya jelas, olahraga tradisional dapat tumbuh sejajar dengan cabang olahraga modern yang lebih dulu populer.
“Kita ingin olahraga masyarakat ini berkembang sejajar dengan cabor-cabor besar. Karena selain sehat, ini juga bagian dari jati diri kita sebagai daerah yang kaya budaya,” tutup Bagus.
Dengan dorongan ini, diharapkan olahraga tradisional Kaltim tak lagi dipandang sebelah mata. Lebih dari itu, ia dapat menjadi simbol kebanggaan daerah, sarana mempererat persatuan masyarakat, serta warisan yang tetap lestari di tengah gempuran budaya modern. []
Penulis: Putri Aulia Maharani | Penyunting: Aulia Setyaningrum