Inggris, Prancis, dan Jerman Ancam Iran dengan Mekanisme Snapback

LONDON – Tiga negara Eropa, yakni Inggris, Prancis, dan Jerman, mengeluarkan peringatan keras kepada Iran agar segera kembali berunding terkait program nuklirnya.

Peringatan tersebut disertai ancaman mengaktifkan kembali sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui mekanisme snapback jika Tehran tidak menunjukkan itikad baik sebelum tenggat 31 Agustus 2025.

Pernyataan bersama itu tertuang dalam surat resmi kepada PBB yang diunggah Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Nöel Barrot, Rabu (13/8/2025).

Dokumen tersebut ditandatangani pula oleh Menteri Luar Negeri Jerman dan Inggris. Dalam surat itu, ketiga negara Eropa yang dikenal sebagai E3 menegaskan kesiapannya mengambil langkah tegas jika Iran melanggar ketentuan perjanjian nuklir 2015.

“E3 selalu berkomitmen menggunakan semua alat diplomatik untuk memastikan Iran tidak mengembangkan senjata nuklir,” demikian isi surat tersebut, seperti dikutip Newsweek.

Menurut keterangan, jika Iran tidak menyetujui solusi diplomatik atau tidak memanfaatkan kesempatan perpanjangan waktu, maka mekanisme snapback akan dijalankan.

Mekanisme ini memungkinkan sanksi internasional berlaku kembali secara otomatis tanpa memerlukan pemungutan suara baru di Dewan Keamanan PBB.

Ketegangan diplomatik meningkat setelah hubungan Iran dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) memburuk pascaperang 12 hari dengan Israel pada Juni lalu.

Kunjungan IAEA awal pekan ini tidak mencakup inspeksi ke fasilitas pengayaan uranium maupun situs sensitif lain.

Pejabat Barat khawatir dengan stok uranium Iran yang dilaporkan telah mencapai tingkat kemurnian 60 persen, mendekati ambang batas 90 persen yang digunakan untuk senjata nuklir.

Hingga kini, pemerintah Iran belum memberikan tanggapan resmi. Namun, mantan Menteri Luar Negeri Manouchehr Mottaki memperingatkan bahwa Tehran dapat keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dalam waktu 24 jam jika sanksi PBB diberlakukan kembali.

“Parlemen sudah siap untuk keluar dari NPT,” ujarnya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Josef Hinterseher, menyatakan bahwa syarat hukum untuk snapback telah lama terpenuhi.

Ia menekankan, “Iran masih punya pilihan untuk kembali ke diplomasi dan kerja sama penuh dengan IAEA.”

Berdasarkan penilaian IAEA dan intelijen Amerika Serikat, program senjata nuklir Iran terakhir dihentikan pada 2003.

Namun, perkembangan terkini memicu kekhawatiran baru akan potensi kebangkitan ambisi nuklir Tehran. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *