Warga Eks Kampung Kandang: Hidup di Tengah Kota, Terhapus dari Peta

JAKARTA – Di antara deretan gedung megah Kelapa Gading, Jakarta Utara, berdiri sebuah permukiman padat yang nyaris tak tercatat di peta resmi.

Warga mengenalnya sebagai eks Kampung Kandang, berlokasi di RT 09, RW 13, Kelapa Gading Barat.

Meski dihuni ratusan keluarga, kawasan ini tak lagi diakui pemerintah sejak pembebasan lahan pada 2014 oleh PT BBP.

Rencana awalnya, lahan tersebut akan dialihfungsikan menjadi waduk, jalur hijau, dan saluran penghubung Kali Gendong.

Namun, proses ganti rugi berjalan lambat, dan hingga kini masih ada warga yang belum menerima pembayaran.

“Sebagian besarnya udah dibebaskan dan dapat ganti rugi dan sementara di sini sisanya belum,” tutur Sawir (53), tokoh masyarakat setempat, Jumat (15/8/2025).

Kebakaran besar pada 2012 menghanguskan sekitar 1.600 rumah di tiga RT yang kala itu membentuk RW 13.

Dua tahun kemudian, pembebasan lahan dilakukan. Kini, lahan sengketa itu justru kembali dipenuhi bangunan baru.

“Kalau di sini, sisanya enggak terlalu banyak (yang belum dibebaskan), sekitar 90 KK. Sekarang di sini ada 400 rumah. Banyak yang baru juga,” ujarnya.

Meski terlihat seperti kampung biasa, kawasan ini tak terdata di Google Maps.

“Kalau cari di Google enggak ada perkampungan di sini, cuma kebon kosong aja, jadi enggak ada rumah,” kata Sawir.

Upaya warga menghidupkan kembali RT dan RW terhenti karena persyaratan administrasi sulit dipenuhi.

Tidak diakuinya permukiman ini berdampak langsung pada layanan dasar. Listrik diperoleh dari tiang di dekat waduk.

“Dari pemerintah Alhamdulillah dikasih penerangan sumbernya dari tiang waduk dan diizinkan, kalau mati lapor entar dihidupkan,” jelas Sawir.

Warga bahkan telah mengajukan pemasangan listrik resmi ke PLN delapan bulan lalu, tetapi belum ada tanggapan.

Air bersih pun jadi tantangan.

“Masalah PAM juga, di sini masuk cuma dari RW 22, tapi bayarnya luar biasa Rp 22.000 per kubik,” ujarnya.

Jalan utama di kampung ini kini hanya berupa tanah merah yang licin saat hujan.

“Iya betul, sangat mengganggu cuma terima adanya. Dulunya, ini aspal bagus, cuma gara-gara enggak diakui ini, jadi kurang perawatan,” kata Sawir.

Di tengah gemerlap ibu kota, eks Kampung Kandang menjadi ironi: wilayah yang ada secara fisik, namun “hilang” dari peta dan administrasi resmi. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *