AS Jalankan Operasi FONOP di Dekat Beting Scarborough, Beijing Lontarkan Protes Keras

CHINA – Ketegangan di Laut China Selatan kembali memuncak.
Kapal perusak berpeluru kendali Amerika Serikat (AS) USS Higgins (DDG 76) melaksanakan operasi Freedom of Navigation (FONOP) di dekat Beting Scarborough—wilayah sengketa yang diklaim oleh China, Filipina, dan Taiwan—pada Rabu (13/8/2025).
Langkah ini dilakukan hanya dua hari setelah dua kapal militer China bertabrakan saat mengejar kapal Penjaga Pantai Filipina di perairan yang sama.
Kehadiran USS Higgins memicu protes keras dari Beijing, yang menuduh kapal tersebut melanggar kedaulatan teritorialnya.
Namun, Angkatan Laut AS menegaskan operasi tersebut sah dan sesuai hukum internasional.
“USS Higgins menegaskan hak dan kebebasan navigasi di Laut China Selatan dekat Scarborough Shoal, sesuai hukum internasional,” ujar juru bicara Armada ke-7 AL AS, Letnan Sarah Merrill, kepada CNN, dikutip Jumat (15/8/2025).
Merrill membantah klaim China yang menyebut kapal AS telah diusir.
“Pernyataan China tentang misi ini salah. Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan. Tidak ada pernyataan China yang akan menghalangi kami,” tegasnya.
Beting Scarborough berada sekitar 222 kilometer di barat Pulau Luzon, Filipina, dan masuk dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) negara tersebut.
Meski demikian, sejak 2012, China menguasai perairan tersebut dengan menempatkan kapal penjaga pantai secara permanen.
Selain USS Higgins, kapal tempur pesisir USS Cincinnati juga terpantau berada di sekitar Scarborough Shoal pada hari yang sama.
Juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Jay Tarriela, mengonfirmasi keberadaan kapal itu, sementara Merrill hanya menyebut USS Cincinnati beroperasi di Laut China Selatan tanpa memerinci lokasi.
Peneliti dari S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Singapura, Collin Koh, menyatakan bahwa ini merupakan FONOP pertama AS di Scarborough Shoal dalam lebih dari enam tahun, sekaligus FONOP kedua di Laut China Selatan pada 2025.
Ketegangan semakin meningkat setelah insiden tabrakan pada Senin (11/8/2025), ketika kapal perusak Angkatan Laut China dan kapal Penjaga Pantai China saling menghantam saat mengejar kapal Filipina.
Media pemerintah China, Global Times, menuding kapal Filipina melakukan manuver berbahaya.
Di sisi lain, analis pertahanan AS menilai kapal China sebagai pihak yang menyalip tanpa memberi sinyal sesuai aturan pelayaran.
Pakar maritim China, Yang Xiao, menuduh AS melatih Filipina menggunakan “taktik zona abu-abu” yang dinilainya dapat memicu salah perhitungan serta meningkatkan risiko konflik di laut. []
Nur Quratul Nabila A