Patung Sir Michael Somare, Simbol Persahabatan Indonesia–Papua Nugini

PAPUA NUGINI – Indonesia menorehkan prestasi diplomasi budaya di tingkat internasional melalui peresmian Patung Sir Michael Thomas Somare, Bapak Bangsa Papua Nugini, di Gedung Parlemen Nasional PNG, Port Moresby, pada 7 Agustus 2025.

Patung perunggu setinggi 3,2 meter yang berdiri di atas fondasi hampir 5 meter ini merupakan karya seniman Indonesia, I Gede Sarantika, hasil kolaborasi antara Parlemen Papua Nugini dan Museum Rudana, Bali.

Ide pendirian patung ini diinisiasi sejak 2023 oleh Wakil Ketua Parlemen PNG, Hon. Johnson Wapunai, bersama Presiden The Rudana Fine Art Institution, Putu Supadma Rudana, dengan dukungan pendiri Museum Rudana, Nyoman Rudana.

“Patung berbahan perunggu murni ini bukan sekadar karya seni,” ujar Putu Supadma Rudana dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/8/2025).

“Ia menjadi monumen hidup tentang hubungan baik Indonesia dan Papua Nugini, melambangkan persahabatan sejati yang melampaui diplomasi politik formal dan berakar pada nilai kemanusiaan serta kearifan lokal.”

Peresmian patung ini bertepatan dengan 50 tahun berdirinya Parlemen Nasional PNG, menjelang HUT Kemerdekaan PNG ke-50, HUT RI ke-80, serta menandai 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Papua Nugini.

Dalam acara tersebut, ditampilkan berbagai pagelaran seni tari khas Pasifik dan pertunjukan budaya yang mencerminkan unsur spiritual dari daerah asal Sir Michael Somare.

Acara dihadiri tokoh-tokoh negara Papua Nugini, termasuk Gubernur Jenderal Sir Bob Dadae, Ketua Mahkamah Agung Sir Gibuna Gibbs Salika, Ketua Parlemen Sir Job Pomat, Perdana Menteri James Marape, Wakil Perdana Menteri John Rosso, menteri, anggota parlemen, dan korps diplomatik.

Veronica Somare beserta keluarga almarhum Sir Michael Thomas Somare juga hadir.

Putu Supadma Rudana hadir sebagai tamu kehormatan dan satu-satunya warga negara asing yang diberi kesempatan berbicara.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat saya di Papua Nugini yang mengundang saya menghadiri upacara sakral ini,” katanya.

Ia menekankan bahwa patung ini menjadi simbol hubungan kedua negara, di mana Indonesia sebagai pemimpin di Asia Tenggara dan Papua Nugini sebagai pintu gerbang ke Pasifik.

Lebih lanjut, Putu Rudana menegaskan bahwa peresmian Patung Sir Michael Somare menjadi bagian dari strategi diplomasi Indonesia di kawasan Pasifik melalui jalur budaya, seni, spiritualitas, dan kearifan lokal.

“Presiden Prabowo memiliki visi besar, menjadikan budaya sebagai soko guru bangsa. Diplomasi terbaik tidak selalu dibangun di meja perundingan, tetapi juga melalui budaya, spiritualitas, dan kearifan lokal,” ujarnya.

Patung ini diharapkan menjadi simbol persahabatan lintas generasi dan akan berubah warna menjadi hijau seiring waktu, serupa Patung Liberty di Amerika Serikat.

Patung juga memuat nama tiga tokoh Indonesia: Nyoman Rudana sebagai Pendiri Museum Rudana, Putu Supadma Rudana sebagai budayawan, dan I Gede Sarantika sebagai seniman pembuat patung. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *