Insiden Alat Berat Maut Masjidil Haram
SEBUAH alat berat di Masjidil Haram, Mekkah pada Jumat (11/9) sore jatuh, menimpa bangunan dan ratusan orang. Peristiwa itu bukan hanya mengejutkan jemaah, tetapi juga menghebohkan publik dunia.
Sebab, akibat insiden maut tersebut, hingga Sabtu (12/9), diketahui korban meninggal dunia akibat peristiwa itu menjadi 107 orang, dua di antaranya asal Indonesia. Sementara, korban luka mencapai 230 orang. Untuk yang terluka, jamaah asal Indonesia juga ada, tapi jumlahnya belum diketahui.
Menurut Komjen RI di Jeddah, Syailendra Dharmakitir, total korban jatuhnya crane asal Indonesia mencapai 32 orang. Dari jumlah itu, dua WNI meninggal. “Sisanya, 30 orang luka-luka. Sebanyak 14 luka ringan dan 18 luka berat,” tutur Syailendra menyebutkan.
Korban luka berat yang sebelumnya dirawat di RS Azyat, langsung dirujuk ke RS An-Nur dan Ad-Dhahir. Sementara korban luka ringan dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI).
“Itu data terakhir ya, sampai pukul 23.00 malam ini. Kami sudah ke rumah sakit-rumah sakit. Kita tunggu sampai besok, tapi mudah-mudahan tidak ada tambahan korban,” kata Syailendra menegaskan. Seluruh korban sudah dibawa ke rumah sakit, sementara lokasi kejadian disterilkan petugas.
Diterangkan Syailendra, korban mengalami luka pada kepala dan kaki. Korban meninggal pertama, Masnauli Hasibuan yang merupakan jemaah kloter sembilan dari Medan, mengalami luka di dua bagian itu. “Kami tidak boleh melihat, tapi kata dokter begitu. Luka kakinya di paha,” kata Syailendra.
Sementara korban meninggal kedua, Siti Rasti Darmini merupakan jemaah kloter tiga asal Jawa Barat, meninggal karena luka di kepala. Korban luka pun kebanyakan mengalami cedera yang sama.
Syailendra memastikan korban meninggal akan dimakamkan di Mekkah. Pihaknya juga akan terus memonitor kondisi korban luka, termasuk yang berat. Bahkan jika mereka tidak sanggup melanjutkan ibadah haji, akan dibantu diwakilkan. Pemerintah juga janji memberi santunan korban.
Presiden Joko Widodo yang tiba di Jeddah Jumat sore, berbarengan dengan tragedi jatuhnya alat berat di Mekkah, sudah menggelar konferensi pers di Istana Faisal. Ia menyampaikan duka cita mendalam pada para korban, termasuk yang WNI.
Seperti diberitakan Al Jazeera, Reuters dan BBC. saksi mata menyebutkan bahwa alat berat jatuh dari lantai tiga Masjidil Haram, sekitar pukul 17.45 waktu setempat. “Puluhan ambulans langsung menuju lokasi. Petugas langsung menutup area setelahnya,” ujar koresponden Al Jazeera, Hasan Patel.
Ia menerangkan, Masjidil Haram memang sedang dalam pembangunan untuk renovasi beberapa titik. “Yang membuat parah adalah, sekitar pukul 17.30 ada hujan besar,” ia menjelaskan. Itulah yang menyebabkan alat berat terjatuh dan menimpa jemaah.
Sementara berdasarkan sebuah video amatir yang diunggah ke YouTube, alat berat itu bergoyang dan jatuh karena kondisi Mekkah saat itu dilanda badai angin dan hujan deras.
Jatuhnya alat berat menimbulkan debuman keras disusul teriakan panik dari orang-orang. Alat berat yang jatuh merupakan bagian pembangunan Masjidil Haram yang belum tuntas.
Petugas menyampaikan, Masjidil Haram akan diperluas sekitar 400 ribu meter persegi agar lebih layak menampung 2,2 juta orang yang beribadah bersamaan.
Lebih dari tiga juta jemaah haji pada 2012 memenuhi Masjidil Haram. Mulai 2013 pemerintah Arab Saudi pun memutuskan mengurangi kuota dengan alasan keamanan.
Indonesia selama ini dikenal sebagai negara dengan jumlah jemaah haji yang cukup banyak. Jemaah Indonesia termasuk yang menjadi korban dalam tragedi jatuhnya alat berat di Masjidil Haram itu.
Diterangkan Syailendra Dharmakitir, Konjen RI di Jeddah kepada CNN Indonesia, dua warga negara Indonesia meninggal dan 30 lainnya luka berat serta ringan. Korban luka sedang dirawat di dua rumah sakit.
Menteri Agama Lukman Hakim yang lansung meluncur dari Jeddah ke Mekkah dan sudah menemui korban luka.
Sementara Presiden Joko Widodo yang baru datang dan langsung melakukan konferensi pers, tak bisa umroh dan mengunjungi lokasi kejadian karena masih sterilisasi dan pembersihan. Ia lantas meminta Lukman mengunjungi para korban.
MEKKAH BERSOLEK
Setiap tahun Mekkah kedatangan jutaan umat Muslim dari seluruh dunia untuk beribadah. Kota yang menjadi “jantung” agama Islam itu mencapai puncak kunjungan jemaah biasanya saat pelaksanaan ibadah haji, yang tahun ini jatuh pada 24 September 2015.
Namun kekhidmatan ibadah tahun ini sedikit terganggu akibat adanya tragedi. Alat berat di sisi timur Masjidil Haram, masjid terbesar dengan kakbah di dalamnya, jatuh akibat badai, Jumat (11/9) sore waktu setempat. Tragedi itu menewaskan 87 orang, dan lebih dari 180 orang luka-luka.
Keberadaan alat berat itu memang dalam rangka pembangunan Masjidil Haram. Beberapa tahun terakhir, Masjidil Haram memang sedang melakukan beberapa renovasi untuk perluasan. Tujuannya apa lagi jika bukan menyiapkan diri menyambut kedatangan jutaan umat Muslim saat ibadah haji.
Mengutip Reuters, tahun lalu Mekkah sampai mengurangi kuota jemaah haji atas alasan keamanan. Pekerjaan pembangunan Masjidil Haram belum siap untuk menampung banyak jemaah, kala itu.
Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan banyak uang untuk memperlebar Masjidil Haram, memoles fasilitas tempat ibadah, juga memperbaiki sistem transportasi demi kenyamanan jemaah. Sebab, sebelumnya Mekkah sudah pernah terkena tragedi.
Pada 2006, ratusan jemaah meninggal karena kecelakaan bus di Jembatan Jamaraat. Sebelumnya, pada 1990 ribuan meninggal dalam tragedi runtuhnya Terowongan Mina. Mengutip USA Today, berikut beberapa riwayat tragedi di Mekkah yang membuat pemerintah setempat menggenjot pembangunan. [] CI
DAFTAR INSIDEN MEKKAH
2 Juli 1990
Runtuhnya Terowongan Mina menewaskan 1.426 jemaah
23 Mei 1994
Tragedi saat lempar jumroh menewaskan 270 jemaah
9 April 1998
Tragedi di Jembatan Jamaraat menewaskan 118 jemaah
5 Maret 2001
Tragedi saat lempar jumroh menewaskan 35 jemaah
11 Februari 2003
Tragedi lempar jumroh menewaskan 251 jemaah
12 Januari 2006
Kecelakaan bus di Jembatan Jamaraat menewaskan 340 jemaah