Sinpung-dong, Pangkalan Misterius Korut yang Bikin AS Waspada

NORTH KOREA – Peta ancaman global kembali diguncang oleh laporan terbaru Center for Strategic and International Studies (CSIS), lembaga kajian berbasis di Washington, Amerika Serikat.
Dalam laporannya, CSIS mengungkap keberadaan pangkalan militer tersembunyi Korea Utara yang diduga berfungsi sebagai lokasi penyimpanan rudal balistik antarbenua (ICBM) dengan kemampuan nuklir.
Fasilitas yang disebut Sinpung-dong itu berada di Provinsi Pyongan Utara, hanya sekitar 27 kilometer dari perbatasan dengan Tiongkok.
Dari hasil analisis, pangkalan tersebut diyakini dapat menampung enam hingga sembilan ICBM sekaligus dengan perangkat peluncurnya.
“Senjata ini menimbulkan potensi ancaman nuklir bagi Asia Timur dan daratan Amerika Serikat,” tulis CSIS dalam laporan yang dikutip The Guardian, Jumat (22/8/2025).
Penemuan pangkalan ini disebut sebagai konfirmasi pertama dari sumber terbuka mengenai fasilitas rahasia tersebut. CSIS menegaskan, Sinpung-dong hanyalah satu dari sekitar 15 hingga 20 lokasi tersembunyi yang diperkirakan menyimpan rudal, fasilitas pemeliharaan, hingga hulu ledak nuklir.
Lebih jauh lagi, lokasi itu tidak pernah masuk ke dalam pembahasan resmi negosiasi denuklirisasi antara Amerika Serikat dan Korea Utara.
“Peluncur dan rudal dapat meninggalkan pangkalan ini saat krisis atau perang, lalu melakukan peluncuran yang sulit dideteksi dari wilayah lain,” tulis para peneliti CSIS.
Isu ini semakin mempertegas sikap keras Pyongyang dalam mempertahankan status nuklirnya.
Setelah pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden AS Donald Trump di Hanoi pada 2019 berakhir tanpa kesepakatan, Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un menegaskan bahwa Korea Utara tidak akan melepaskan senjata nuklirnya. Ia bahkan menyebut status negaranya sebagai negara nuklir “tidak dapat diubah”.
Hubungan erat antara Pyongyang dan Moskow turut memperumit situasi. Badan intelijen Korea Selatan melaporkan bahwa pada 2024, Korea Utara mengirim lebih dari 10.000 prajurit beserta persenjataan ke Rusia sebagai dukungan dalam perang Ukraina.
Sebagai gantinya, Moskow diyakini memberikan transfer teknologi satelit dan antariksa yang beririsan dengan pengembangan ICBM.
“Peluncur satelit dan ICBM memiliki sebagian besar teknologi dasar yang sama,” tegas CSIS.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kolaborasi Korut-Rusia akan memperkuat kemampuan militer Pyongyang ke tingkat yang lebih strategis, sekaligus meningkatkan tensi keamanan di kawasan maupun global.
Dengan fakta-fakta tersebut, laporan CSIS seolah menjadi alarm baru bagi dunia internasional untuk meninjau kembali strategi menghadapi Korea Utara.
Situasi ini menempatkan Asia Timur, khususnya negara-negara sekutu Amerika Serikat, pada posisi yang semakin rawan. []
Nur Quratul Nabila A