Banjir Bandang Terjang Mauponggo, 3 Warga Tewas dan 4 Hilang

NAGEKEO – Hujan deras yang mengguyur wilayah perbukitan Mauponggo sejak akhir pekan lalu berujung bencana. Senin (08/09/2025) malam, banjir bandang melanda Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, dan merenggut nyawa tiga orang warga serta menyebabkan empat lainnya hilang.

Peristiwa tragis tersebut terjadi di Desa Sawu dan Kelurahan Mauponggo. Menurut laporan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Mauponggo, Dominikus Kuchu Dua, korban meninggal dunia adalah Gius Sopi Mantu bersama dua anaknya. Sang istri berhasil selamat meski rumah mereka diterjang arus deras. Hingga Selasa (09/09/2025) pagi, empat warga lain masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian. “Korban jiwa sejauh ini tiga orang. Istrinya selamat, namun empat orang masih belum ditemukan,” ujar Dominikus.

Banjir bandang bermula ketika curah hujan tinggi menyebabkan meluapnya Sungai Aeraga dan saluran air di sekitar jembatan Mauwaru. Arus deras kemudian merendam puluhan rumah, menghanyutkan ternak, dan merusak fasilitas umum. Air setinggi sekitar satu meter menggenangi kawasan permukiman yang berada di bantaran sungai.

Sekretaris Desa Lokalaba, Abdurrahman, menilai faktor konstruksi turut memperparah bencana. “Rumah-rumah warga yang berada di sekitar sungai terendam air setinggi kurang lebih satu meter. Kemungkinan besar, banjir meluap karena gorong-gorong di jembatan Mauwaru terlalu kecil dan tidak mampu menampung debit air,” jelasnya.

Tak hanya rumah, sarana ibadah juga terdampak. Dua kapel Katolik di tepi Sungai Aeraga kini berada dalam kondisi rawan ambruk akibat erosi. “Kalau tidak segera dibangun beronjong atau penahan di pinggir kali, kapel itu bisa ambruk jika banjir susulan datang,” tambah Abdurrahman.

Situasi darurat membuat warga yang terdampak parah segera dievakuasi ke tempat aman. Aparat desa bersama relawan lokal bergerak cepat membantu korban dengan menyediakan posko sementara dan jalur evakuasi. Meski banjir mulai surut pada Senin malam, warga diminta tetap siaga karena hujan masih berpotensi turun dalam beberapa hari ke depan.

Banjir bandang ini tidak hanya melanda Desa Lokalaba, tetapi juga sejumlah kampung sekitar seperti Maumbena, Maukeli, Aewoe, dan Oauleka. Semua wilayah tersebut mengalami kerusakan serupa akibat curah hujan yang terus-menerus.

Pemerintah desa mengimbau masyarakat untuk menjauhi bantaran sungai dan melaporkan segera jika terjadi kenaikan debit air. Di sisi lain, kebutuhan mendesak berupa logistik, pakaian, dan air bersih mulai disalurkan untuk meringankan beban korban.

Tragedi di Mauponggo menjadi pengingat bahwa wilayah dengan topografi perbukitan dan infrastruktur terbatas sangat rentan terhadap bencana hidrometeorologi. Kolaborasi pemerintah, relawan, dan masyarakat lokal kini menjadi kunci untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak bila banjir susulan terjadi. []

Diyan Febriana Citra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *