Trump Desak NATO Setop Minyak Rusia Sebelum Sanksi Baru Diterapkan

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menegaskan sikap kerasnya terhadap Rusia dengan membuka kemungkinan penerapan sanksi tambahan. Namun, Trump menyatakan langkah itu tidak akan diambil secara sepihak. Ia menunggu komitmen nyata dari negara-negara anggota NATO untuk menghentikan pembelian minyak dari Moskwa.
Melalui unggahan di platform Truth Social, Trump menyampaikan pesan tegas kepada aliansi Barat. “Saya siap untuk pergi ketika Anda siap. Katakan saja kapan,” tulisnya. Ia menekankan, sanksi baru akan efektif jika NATO bersatu dan bergerak serentak.
Trump menyoroti kebijakan sebagian negara Eropa yang masih bergantung pada energi Rusia. Menurutnya, hal itu justru melemahkan posisi tawar Barat.
“Pembelian minyak Rusia sungguh mengejutkan. Ini sangat melemahkan posisi negosiasi dan daya tawar Anda terhadap Rusia,” ujarnya, Minggu (14/09/2025).
Selain soal Rusia, Trump juga mengaitkan kebijakan ekonomi global dengan China. Ia mendesak NATO untuk memberlakukan tarif hingga 100 persen terhadap Beijing. Menurut Trump, langkah itu penting karena China dianggap memiliki kendali kuat atas Moskwa.
Meski pasokan energi Rusia ke Eropa sudah turun signifikan dari 45 persen pada 2022 menjadi sekitar 13 persen pada 2025, Trump menilai penurunan itu belum cukup. Ia menegaskan bahwa penghentian total impor energi dari Rusia, ditambah tarif tinggi terhadap China yang akan dicabut setelah perang berakhir, akan mempercepat selesainya konflik di Ukraina.
Sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, Eropa diperkirakan telah menghabiskan lebih dari 210 miliar euro untuk impor energi dari Moskwa. Angka itu diyakini berkontribusi besar pada pendanaan operasi militer Kremlin. Uni Eropa sebenarnya sudah menargetkan penghentian total impor energi Rusia pada 2028, tetapi Washington mendorong agar target itu dipercepat.
Dalam pesannya, Trump menegaskan sasarannya adalah NATO, bukan Uni Eropa. Hal itu membuat Turkiye juga masuk dalam sorotannya. Ankara diketahui masih membeli minyak Rusia dalam jumlah besar dan memiliki hubungan dekat dengan Moskwa. Membujuk Turkiye agar menghentikan impor energi dinilai menjadi tantangan tersendiri bagi aliansi.
Ketegangan Eropa Timur kian meningkat setelah serangan udara besar-besaran Rusia ke Ukraina dan masuknya belasan drone ke wilayah Polandia. Beberapa negara NATO, termasuk Jerman, Denmark, dan Prancis, kini memperkuat pasukan di sisi timur aliansi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali menyerukan agar dunia sepenuhnya menghentikan pembelian energi Rusia. “Kita harus menghentikan energi apa pun dari Rusia Kita tidak bisa membuat kesepakatan apa pun jika kita ingin menghentikannya,” kata Zelensky.
Di tengah situasi ini, Trump menegaskan dirinya siap melangkah lebih jauh. Saat ditanya wartawan apakah ia akan masuk ke tahap kedua sanksi terhadap Rusia, Trump menjawab singkat “Ya, saya siap.” Pernyataan ini menjadi sinyal bahwa sikap Washington terhadap Moskwa masih akan terus mengeras. []
Diyan Febriana Citra.