Latihan Maritim Filipina-AS-Jepang Dikecam Beijing

BEIJING – Ketegangan di Laut China Selatan kembali memanas setelah Filipina mengumumkan pelaksanaan latihan maritim bersama dengan Jepang dan Amerika Serikat pada Jumat hingga Sabtu (12–13/09/2025). Latihan ini dinilai sebagai sinyal kuat kerja sama trilateral yang berupaya menegaskan kehadiran di kawasan yang selama ini didominasi oleh langkah koersif Beijing.

Latihan tiga arah ini merupakan kegiatan perdana sejak Maret 2025 lalu yang mempertemukan Angkatan Bersenjata Filipina, Pasukan Bela Diri Maritim Jepang, serta Angkatan Laut AS di Laut China Selatan. Pejabat Filipina menyebutkan, tujuan utama latihan tersebut adalah memperlihatkan kemampuan koordinasi operasional antar mitra, sekaligus memastikan kebebasan bernavigasi tetap terjaga di perairan yang kerap diperselisihkan.

Manila menilai latihan ini sebagai cara untuk memperkuat posisi diplomatik dan militer di tengah meningkatnya tekanan dari Beijing. Filipina selama beberapa tahun terakhir memang terus berupaya mendapatkan dukungan eksternal dalam menghadapi klaim sepihak Tiongkok yang semakin luas.

Namun, respons keras datang dari Beijing. Pemerintah China melalui pernyataan resminya menyebut bahwa Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) juga menggelar patroli maritim selama dua hari di lokasi yang berdekatan dengan area latihan. Beijing menuduh Filipina justru memperburuk suasana dengan mengundang keterlibatan kekuatan eksternal yang dianggap tidak berkontribusi pada stabilitas kawasan.

Situasi kian menegang setelah otoritas China pada Rabu (10/09/2025) lalu mengumumkan pembentukan cagar alam nasional di Scarborough Shoal wilayah yang berada di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina. Keputusan itu langsung dikecam keras oleh Manila, yang menyebut langkah Beijing sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional.

Dari sisi diplomasi, Jepang mempertegas dukungannya terhadap Filipina. Duta Besar Jepang untuk Filipina, Kazuya Endo, melalui unggahan di media sosial menegaskan bahwa putusan arbitrase 2016 yang menolak klaim Tiongkok harus dihormati. “Putusan arbitrase 2016 harus dihormati,” tegasnya, memperlihatkan posisi Tokyo yang konsisten bersama Manila.

Kerja sama kedua negara bahkan semakin erat setelah sehari sebelumnya, Filipina dan Jepang menyepakati peningkatan kolaborasi dalam bidang peralatan serta teknologi pertahanan. Kesepakatan tersebut dinilai sebagai langkah strategis untuk menyeimbangkan manuver Beijing di kawasan, sekaligus memperkuat payung keamanan trilateral dengan Amerika Serikat.

Dengan dinamika terbaru ini, Laut China Selatan kembali menjadi ajang adu pengaruh antara Tiongkok dan sekutu-sekutu Filipina. Manila mencoba menggalang solidaritas regional dan global, sementara Beijing tetap pada pendiriannya mempertahankan klaim historis. Pertarungan kepentingan inilah yang membuat kawasan tersebut diperkirakan terus berada dalam pusaran ketegangan. []

Diyan Febriana Citra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *