Kunjungan Trump ke Inggris Disambut Protes Ribuan Orang

LONDON – Kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Inggris pada Rabu (17/09/2025) sore waktu setempat kembali memicu gelombang reaksi berlawanan dari publik. Ribuan orang turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan, sementara sebagian kecil pendukung hadir menyambut dengan antusias.

Agenda kunjungan Trump kali ini diwarnai kemegahan kerajaan, mulai dari prosesi kereta kuda di Kastil Windsor hingga parade militer yang resmi. Kehadiran Trump disambut secara protokoler, namun di sisi lain, koalisi “Stop Trump” mengorganisir aksi massa bertajuk Trump Not Welcome di pusat kota London, sekitar 40 kilometer dari Windsor.

Lebih dari 5.000 orang hadir dalam demonstrasi tersebut. Organisasi internasional dan kelompok aktivis, termasuk Amnesty International, Abortion Rights, serta aktivis pro-Palestina, turut serta. Mereka menilai kehadiran Trump melambangkan politik kebencian, perpecahan, dan otoritarianisme.

“Saya sungguh tidak menyukai semua yang diwakili Trump dan pemerintahannya di seluruh dunia. Mereka benar-benar buruk,” ujar Bryan Murray, seorang pensiunan, sambil membawa poster bertuliskan “Dump Trump”.

Polisi menurunkan sekitar 1.600 personel untuk mengawal jalannya protes. Spanduk-spanduk dengan pesan keras seperti “Tidak Diinginkan di Sini, Tidak Diinginkan di Mana Pun” terlihat jelas di sepanjang rute demonstrasi. Seorang juru bicara Koalisi Stop Trump menegaskan bahwa aksi damai ini merupakan bentuk pernyataan rakyat Inggris menolak segala bentuk diskriminasi dan otoritarianisme.

Meski aksi protes berlangsung meriah, tak sedikit pula warga yang menyatakan dukungannya kepada Trump. Di Kastil Windsor, puluhan simpatisan menyambut kedatangan presiden. Steven DeFranco, mantan polisi asal New York yang hadir di lokasi, mengatakan, “Dia melakukan pekerjaan yang luar biasa,” seraya menyebut Trump sebagai “cahaya yang bersinar.”

Situasi ini menegaskan adanya perpecahan opini publik Inggris terhadap Trump. Perdana Menteri Keir Starmer diketahui menjalin hubungan diplomatik yang cukup hangat dengan presiden AS tersebut, meskipun survei menunjukkan masyarakat masih terbagi. Data jajak pendapat YouGov mengungkap 45 persen responden menilai undangan kenegaraan untuk Trump sebagai langkah keliru, sementara hanya 30 persen yang menilainya tepat.

Jika dibandingkan dengan kunjungan-kunjungan sebelumnya, jumlah massa protes kali ini relatif stabil. Aksi 2025 hampir setara dengan demonstrasi saat kunjungan kenegaraan pada 2019, namun jauh lebih kecil dibandingkan kunjungan resmi Trump pertama kali pada 2018, yang kala itu menarik puluhan ribu bahkan hingga 250.000 orang.

Kunjungan Trump di Inggris tahun ini dengan jelas menunjukkan bahwa hubungan bilateral tetap berjalan di level pemerintahan, namun di sisi masyarakat, Trump masih menjadi sosok yang memicu perdebatan tajam. []

Diyan Febriana Citra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *