78 Tewas dalam Serangan Drone di Masjid Al Fashir

KHARTOUM — Konflik berkepanjangan di Sudan kembali menelan korban besar. Serangan pesawat nirawak atau drone yang menghantam sebuah masjid di Kota Al Fashir, Darfur Utara, pada Jumat (19/09/2025) telah menewaskan sedikitnya 78 orang dan melukai 20 lainnya. Informasi ini dikonfirmasi oleh sumber medis di Sudan.
Peristiwa tragis itu terjadi saat ratusan warga tengah menunaikan Salat Subuh. Drone kamikaze menghantam masjid kecil yang sebagian besar dibangun dari kayu. Serangan tersebut menewaskan banyak jamaah seketika, sementara sejumlah lainnya terjebak di bawah reruntuhan kayu yang terbakar.
“Pesawat drone menyerang saat Salat Subuh, menewaskan puluhan orang seketika,” ujar seorang warga. Rekaman video yang beredar memperlihatkan sekitar 30 jenazah yang telah dibungkus kain kafan dan selimut, berjajar di samping bangunan masjid yang hancur.
Kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dituduh berada di balik serangan ini. Meski demikian, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari pihak RSF terkait keterlibatan mereka. RSF sendiri tengah berupaya merebut kembali Al Fashir, kota strategis yang saat ini berada di bawah kendali pasukan pemerintah Sudan.
Beberapa hari terakhir, bentrokan semakin intens di sekitar kota tersebut. Abu Shouk, sebuah kamp pengungsi yang menampung ribuan warga, menjadi sasaran serangan paling sengit. Citra satelit menunjukkan bahwa unit-unit RSF telah menguasai sebagian besar area kamp, serta masuk ke markas Pasukan Gabungan, kelompok sipil bersenjata yang mendukung pemerintah Sudan.
Jika RSF berhasil menguasai penuh Al Fashir, posisi mereka di Sudan bagian barat akan semakin kuat. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran serius, terutama dari aktivis HAM, bahwa warga sipil bisa kembali menjadi target kekerasan. Sebagian besar penduduk di wilayah tersebut berasal dari kelompok etnis yang selama ini dianggap musuh oleh RSF.
Situasi di Darfur kini bukan hanya soal perebutan wilayah, tetapi juga menyangkut ancaman besar terhadap kelangsungan hidup warga sipil. Banyak keluarga terpaksa meninggalkan rumah, sementara yang lain berusaha bertahan di tengah keterbatasan pangan dan rasa takut yang terus menghantui.
Serangan di masjid Al Fashir menambah daftar panjang kejahatan kemanusiaan yang terjadi sejak konflik Sudan pecah pada April 2023. Tragedi ini kembali menegaskan bahwa dalam perang berkepanjangan, masyarakat sipil selalu menjadi pihak yang paling menderita. []
Diyan Febriana Citra.