Bau Busuk Ungkap Jasad ODGJ di Tuban yang Membusuk

TUBAN – Penemuan jasad seorang perempuan di Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jumat (26/09/2025) malam, menimbulkan keprihatinan mendalam. Korban bernama Rasitin (42), diketahui sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), ditemukan meninggal dunia dalam kondisi membusuk di dalam rumahnya.
Selama ini Rasitin tinggal bersama ibunya, Rasinah (60), yang disebut juga mengalami gejala gangguan kejiwaan. Kondisi keluarga yang sama-sama mengalami masalah kesehatan mental itu membuat kehidupan sehari-hari mereka berjalan dengan keterbatasan.
Penemuan bermula ketika warga mencium bau busuk menyengat dari rumah korban sekitar pukul 17.00 WIB. Rasa curiga mendorong sejumlah warga mendobrak pintu rumah. Saat itu, mereka mendapati jasad Rasitin sudah tidak bernyawa.
Menurut keterangan Ketua RT setempat, Katon (50), korban sebelumnya memang dikurung di dalam rumah oleh keluarganya. Hal itu dilakukan karena Rasitin sering berkeliaran hingga ke desa lain dan kerap mengamuk sehingga meresahkan warga sekitar.
“Tadi sekitar jam 17.00 WIB warga curiga dengan bau busuk, akhirnya rumah didobrak. Selama ini korban memang dikurung di rumah, karena sering pergi ke desa lain dan mengamuk,” ujar Katon.
Katon menambahkan, pihak keluarga biasanya hanya memberikan makanan melalui jendela untuk menghindari bentrokan dengan korban. Namun, beberapa hari terakhir, korban menolak makan dan minum obat.
“Kalau dikasih makan sering dibuang. Dikasih minum obat yang dicampur air juga tidak mau diminum,” imbuhnya.
Kapolsek Semanding, AKP M. Lukman Hadi, menyampaikan bahwa pemeriksaan awal tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. “Jenazah dibawa ke RSUD dr. R. Koesma Tuban untuk dibersihkan, selanjutnya akan dimakamkan,” ujarnya.
Pihak keluarga menolak dilakukan autopsi dan meminta proses pemakaman segera dilaksanakan.
Kasus ini kembali menyoroti keterbatasan penanganan terhadap orang dengan gangguan jiwa di lingkungan masyarakat. Banyak keluarga yang tidak mampu memberikan perawatan optimal karena minimnya akses layanan kesehatan mental, ditambah stigma sosial yang masih kuat. Kondisi ini sering berakhir dengan tindakan isolasi atau pengurungan, sebagaimana dialami Rasitin.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa dukungan sosial, perhatian pemerintah, serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mental sangatlah mendesak. Tanpa adanya pendampingan yang memadai, kasus serupa bisa kembali terulang di tempat lain. []
Diyan Febriana Citra.