Negara Arab dan Muslim Bersatu Dukung Perdamaian Gaza

JAKARTA – Upaya internasional untuk menghentikan konflik berkepanjangan di Jalur Gaza kembali menemukan momentum. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengklaim rencana gencatan senjata permanen tinggal selangkah lagi terwujud setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyetujui 20 poin proposal penghentian perang.
“Rencana tersebut bisa diwujudkan,” ujar Trump, dengan syarat kelompok perlawanan Palestina juga menerima poin-poin yang telah disepakati Israel.
Meski sebagian warga Palestina menilai isi proposal itu tidak realistis dan bahkan menyebutnya sebagai “lelucon”, dukungan dari komunitas internasional kian menguat. Negara-negara Arab dan mayoritas muslim, bersama dengan sekutu Amerika di Eropa, mendesak Hamas agar segera mengambil keputusan demi mengakhiri agresi militer di Gaza. Netanyahu bahkan mengeluarkan peringatan keras bahwa Hamas akan menghadapi kehancuran lebih besar jika tetap menolak usulan tersebut.
Pernyataan bersama yang disampaikan delapan negara Arab dan muslim menegaskan apresiasi atas inisiatif Presiden Trump. “Menyambut baik peran Presiden Amerika Serikat dan upaya tulusnya untuk bertujuan mengakhiri perang di Gaza. Menegaskan kesiapan untuk terlibat secara positif dan konstruktif dengan Amerika Serikat dan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan kesepakatan dan menjamin pelaksanaannya,” demikian isi pernyataan tersebut.
Negara-negara yang tercatat mendukung antara lain Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, Turki, Qatar, dan Arab Saudi. Dukungan juga datang dari Indonesia dan Pakistan, yang sama-sama menegaskan komitmennya dalam mendorong perdamaian di kawasan. Kepastian sikap Indonesia dipublikasikan lewat rilis resmi Kementerian Luar Negeri RI.
Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, sebelumnya menyampaikan pesan tegas di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia menegaskan bahwa Indonesia siap mengambil peran aktif, termasuk mengirimkan pasukan militer sebagai bagian dari misi perdamaian apabila diminta oleh komunitas internasional.
Meski dukungan internasional semakin solid, langkah berikutnya bergantung pada keputusan Hamas. Hingga kini, kelompok tersebut belum mengeluarkan pernyataan resmi apakah akan menerima atau menolak 20 poin proposal yang diajukan Trump.
Situasi ini memperlihatkan betapa kompleksnya diplomasi Gaza. Di satu sisi, banyak negara memandang kesepakatan ini sebagai peluang langka untuk menghentikan perang. Namun di sisi lain, keraguan Hamas terhadap keadilan isi proposal bisa membuat momentum perdamaian kembali kandas. Keputusan Hamas dalam beberapa waktu mendatang akan menjadi penentu apakah Gaza memasuki babak baru menuju gencatan senjata permanen atau justru menghadapi eskalasi konflik yang lebih dalam. []
Siti Sholehah.