Trump Nyatakan Perang Bersenjata Lawan Kartel Narkoba

JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump semakin mempertegas sikap kerasnya terhadap jaringan kartel narkoba internasional. Melalui sebuah pemberitahuan resmi kepada Kongres, Trump menyatakan bahwa AS kini berada dalam status “konflik bersenjata” dengan kelompok-kelompok penyelundup narkoba yang beroperasi di kawasan Karibia dan Amerika Latin.
Pernyataan tersebut bukan sekadar retorika politik. Trump juga menginstruksikan pengerahan kapal-kapal militer AS ke Laut Karibia dengan mandat menangkap dan menghentikan aktivitas penyelundupan narkoba. “Presiden menetapkan kartel-kartel ini sebagai kelompok bersenjata non-negara, menetapkan mereka sebagai organisasi teroris, dan menetapkan bahwa tindakan mereka merupakan serangan bersenjata terhadap Amerika Serikat,” demikian tertulis dalam pemberitahuan Pentagon, dikutip dari AFP, Jumat (03/10/2025).
Surat pemberitahuan itu dirancang sebagai legitimasi hukum atas tiga operasi militer di perairan internasional baru-baru ini. Dalam operasi tersebut, sedikitnya 14 orang dilaporkan tewas ketika kapal-kapal yang diduga memuat narkoba diserang pasukan AS di lepas pantai Venezuela. Para tersangka penyelundup digolongkan sebagai “pejuang ilegal” oleh otoritas Washington.
Namun, langkah militer AS ini memicu perdebatan di kalangan pakar hukum internasional. Beberapa pihak menilai bahwa penetapan kartel sebagai “organisasi teroris” dan penggunaan istilah “konflik bersenjata” bisa membuka ruang perdebatan terkait keabsahan tindakan AS di luar yurisdiksinya.
Meski demikian, Gedung Putih tetap membela kebijakan Trump. “Seperti yang telah kami katakan berkali-kali, presiden bertindak sesuai dengan hukum konflik bersenjata untuk melindungi negara kita dari mereka yang mencoba membawa racun mematikan ke pantai kita,” ujar juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly.
Kelly menambahkan, langkah militer yang agresif ini adalah bagian dari janji kampanye Trump untuk menekan peredaran narkoba di dalam negeri. “Dia menepati janjinya untuk memberantas kartel dan menghilangkan ancaman keamanan nasional ini dengan membunuh lebih banyak warga Amerika,” imbuhnya.
Di sisi lain, Venezuela menyampaikan protes keras terhadap aktivitas militer AS di sekitar wilayah mereka. Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino, menyebut bahwa pihaknya mendeteksi lima jet tempur Amerika yang terbang hanya 75 kilometer dari garis pantai Venezuela.
Padrino mengecam tindakan tersebut sebagai “provokasi” sekaligus ancaman terhadap kedaulatan negaranya. “Ini jelas merupakan ancaman bagi keamanan nasional kami,” tegasnya.
Langkah AS yang semakin militeristik terhadap kartel narkoba menambah ketegangan di kawasan Amerika Latin, terutama antara Washington dan Caracas yang sudah lama bersitegang. Di satu sisi, AS berusaha menegaskan bahwa kebijakan ini ditujukan melindungi rakyatnya dari ancaman narkotika. Namun di sisi lain, operasi militer lintas batas yang dilakukan tanpa persetujuan negara setempat dikhawatirkan dapat memperburuk konflik geopolitik di kawasan tersebut. []
Siti Sholehah.