Solidaritas dari Dalam Negeri, Warga Israel Hadang Tentara di Perbatasan Gaza

TEL AVIV – Gelombang protes terhadap penangkapan ratusan aktivis internasional yang tergabung dalam misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) terus meluas. Jika sebelumnya demonstrasi marak di sejumlah negara Eropa, Asia, hingga Amerika Latin, kini suara penolakan juga terdengar di dalam negeri Israel sendiri.
Puluhan warga Israel pada Sabtu (04/10/2025) turun ke jalan dan berkumpul di perbatasan Gaza untuk menyuarakan sikap mereka. Massa yang terdiri dari berbagai kalangan ini bahkan mencoba menghadang pergerakan tentara Israel yang memasuki Jalur Gaza.
Aksi solidaritas tersebut disertai orasi bernada keras yang menentang keputusan militer Israel mencegat armada GSF. Para demonstran menilai tindakan tersebut sebagai bentuk pengekangan atas upaya kemanusiaan yang sejatinya bertujuan membawa pasokan makanan, air, bahan bakar, serta dukungan media ke wilayah yang diblokade.
“Mereka juga membawa spanduk dan plakat, di antaranya bertuliskan, ‘Melalui Darat dan Laut, Tembus Blokade’, ‘Biarkan Makanan Air Bahan Bakar dan Jurnalis Masuk Gaza’, serta ‘Hentikan Holocaust di Gaza’,” demikian salah satu laporan media setempat.
Suasana memanas ketika tentara Israel berupaya membubarkan kerumunan. Namun, para peserta aksi menolak bergeser dan memilih berbaring di jalan sebagai bentuk perlawanan pasif. Tindakan itu menegaskan bahwa penolakan terhadap kebijakan pemerintah Israel tidak hanya datang dari luar negeri, melainkan juga tumbuh di dalam masyarakatnya sendiri.
Sejak Rabu hingga Jumat, Angkatan Laut Israel tercatat telah mencegat lebih dari 40 kapal milik GSF. Akibat operasi tersebut, lebih dari 500 aktivis dari lebih 50 negara ditangkap. Kejadian ini memicu gelombang kecaman internasional, terutama karena misi flotilla tersebut diklaim murni untuk tujuan kemanusiaan.
Sementara pemerintah Israel menyebut tindakan mereka sebagai upaya menjaga keamanan nasional, suara protes yang justru muncul dari warga Israel memberi gambaran kontras. Demonstrasi di perbatasan menunjukkan adanya kelompok masyarakat yang memandang kebijakan keras pemerintah hanya memperburuk citra Israel di mata dunia.
Aksi solidaritas ini sekaligus menyoroti dilema moral yang dihadapi negara tersebut. Di satu sisi, Israel berusaha mempertahankan kendali keamanan; di sisi lain, kebijakan militer dianggap menutup ruang bagi bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan warga Gaza.
Bentrokan kecil antara massa dan aparat menunjukkan bahwa isu Gaza bukan lagi sekadar perdebatan internasional, melainkan juga menimbulkan perpecahan pandangan di kalangan masyarakat Israel sendiri. []
Siti Sholehah.