Naik Pajak Tak Goyahkan Warung Pecel Legendaris Ini!

SAMARINDA – Di tengah maraknya kuliner modern dan menjamurnya kafe kekinian, sebuah warung pecel sederhana di Jalan M. Yamin, Samarinda, tetap bertahan dengan cita rasa tradisional yang diwariskan lintas generasi. Warung Pecel Family 1 menjadi bukti keteguhan usaha keluarga yang telah berdiri sejak 1997 dan kini dikelola oleh generasi ketiga.
Pemilik warung, Satrio Abimanyu Alzada, menuturkan bahwa usaha ini bermula dari sang nenek yang membuka warung kecil lebih dari dua dekade lalu. Setelah sang nenek pensiun pada 2010, estafet usaha diteruskan oleh ibunya, hingga akhirnya ia turun tangan langsung mengelola sejak 2022.
“Awalnya kami buka di kawasan Sambutan, tapi sekarang pindah ke lokasi ini. Saya merasa punya tanggung jawab moral untuk melanjutkan warisan keluarga. Sayang kalau usaha ini berhenti begitu saja. Dari sini saya belajar banyak, mulai dari inovasi makanan sampai menjaga kualitas rasa yang dari dulu tidak berubah,” ujarnya, Kamis (09/10/2025).
Meski telah memiliki pelanggan setia, perjalanan menjaga eksistensi warung pecel tersebut bukan tanpa tantangan. Satrio mengaku harus menghadapi tekanan biaya operasional yang terus meningkat, termasuk kenaikan pajak dan sewa tempat.
“Karyawan masih muda, jadi perlu adaptasi. Kadang masakan kurang bumbu, saya bantu perbaiki. Selain itu, warung ini masih sewa dan biaya sewanya terus naik. Ditambah lagi pajak makanan yang makin tinggi, jadi kami harus menyesuaikan harga supaya tetap bertahan,” jelasnya.
Menurutnya, kebijakan pajak menjadi beban tersendiri bagi pelaku usaha kecil. Walau memahami pentingnya kontribusi pajak bagi pembangunan, Satrio berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih kepada pelaku UMKM yang masih berjuang di tengah tekanan ekonomi.
“Kami tidak ingin rugi, tapi juga tidak mau memberatkan pelanggan. Karena itu, kami menyesuaikan harga seperlunya saja. Sekarang pecel ayam jadi Rp17 ribu, dan nasi campur lauk ikan pari asap mulai Rp27 ribu,” katanya.
Kini, Warung Pecel Family berkembang menjadi jaringan keluarga yang tersebar di berbagai kota. Tercatat, ada lebih dari 10 cabang di Samarinda, tiga di Balikpapan, satu di Batam, dua di Malang, dan satu di Bogor. Meskipun dikelola oleh anggota keluarga berbeda, seluruh cabang tetap menjaga cita rasa orisinal dan menggunakan nama yang sama.
“Itu sudah kesepakatan keluarga, namanya tidak boleh diganti. Sekarang kami juga aktif di GoFood, GrabFood, ShopeeFood, dan Instagram,” tuturnya.
Menutup pembicaraan, Satrio berpesan kepada generasi muda agar tidak takut memulai usaha. Ia menegaskan bahwa keberhasilan hanya datang bagi mereka yang tekun dan mau belajar.
“Awalnya pasti berat, tapi kalau serius dan mau belajar, hasilnya akan datang. Saya hanya ingin warung ini tetap hidup dan bisa menginspirasi orang lain,” pungkasnya. []
Penulis: Rifki Irlika Akbar | Penyunting: Aulia Setyaningrum