Gelombang Protes ‘No Kings’ Jadi Tanda Krisis Demokrasi Amerika

AMERIKA SERIKAT – Gelombang aksi protes besar bertajuk “No Kings” atau “Bukan Raja” mengguncang Amerika Serikat pada Sabtu (18/10/2025). Massa dari 50 negara bagian tumpah ruah ke jalan, memprotes gaya kepemimpinan Presiden Donald Trump yang dinilai otoriter dan menjauh dari nilai demokrasi.
Pusat unjuk rasa terjadi di Washington D.C., tepatnya di sekitar Gedung Capitol, simbol pemerintahan federal AS. Ribuan warga berteriak lantang, menyerukan agar Trump berhenti bertindak seperti “raja” dan mendesak agar kebuntuan politik di Kongres segera diakhiri.
“Beginilah demokrasi!” teriak ribuan demonstran yang memadati area Capitol, dikutip dari AFP, Minggu (19/10/2025). Bendera Amerika dikibarkan terbalik sebagai simbol keresahan nasional. Di antara kerumunan, terdengar pekikan “Hei hei ho ho, Donald Trump harus pergi!” menggema di sepanjang Pennsylvania Avenue.
Selain di Washington, aksi serupa juga berlangsung di New York, Los Angeles, Houston, dan bahkan di Palm Beach, Florida, dekat kediaman pribadi Trump. Menurut penyelenggara, lebih dari tujuh juta orang turun ke jalan, menjadikannya salah satu aksi protes terbesar sepanjang sejarah modern Amerika.
Spanduk warna-warni memenuhi udara, bertuliskan “Lindungi Demokrasi”, “Tidak Ada Raja di Amerika”, hingga tuntutan agar lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) dibubarkan karena dianggap sebagai simbol kebijakan anti-imigran Trump.
Salah satu pengunjuk rasa di New York, Colleen Hoffman (69), mengaku tergerak ikut turun ke jalan. “Saya tidak pernah menyangka akan hidup untuk menyaksikan kematian negara saya sebagai negara demokrasi,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca di kawasan Broadway. Ia menyebut pemerintahan Trump telah menimbulkan krisis kepercayaan terhadap institusi demokrasi.
Di Los Angeles, massa menghadirkan simbol-simbol sindiran, termasuk balon raksasa bergambar Trump berpopok yang beterbangan di atas kerumunan. Sementara itu, di Houston, Texas, spanduk bertuliskan “Lawan Ketidaktahuan, Bukan Migran” menjadi seruan utama bagi kota yang hampir seperempat populasinya adalah imigran.
Uniknya, dari berbagai bendera yang dikibarkan, satu di antaranya adalah bendera anime One Piece dengan simbol tengkorak—ikon yang kini kerap digunakan dalam protes anti-pemerintah di berbagai belahan dunia.
Menanggapi gelombang kritik itu, Trump melalui akun X mengunggah video buatan AI yang menggambarkan dirinya mengenakan jubah dan mahkota kerajaan. “Mereka bilang mereka menyebut saya raja. Saya bukan raja,” katanya dalam wawancara dengan Fox News.
Namun, Ketua DPR AS Mike Johnson menyebut aksi tersebut sebagai “unjuk rasa kebencian Amerika” dan menuduh para demonstran berasal dari kelompok ekstrem kiri. Ucapan itu langsung memicu reaksi keras. “Lihatlah sekeliling! Jika ini kebencian, maka seseorang harus kembali ke sekolah dasar,” balas Paolo (63), demonstran di Washington.
Dari Washington hingga Los Angeles, aksi No Kings menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap ancaman otoritarianisme, sekaligus pengingat bahwa semangat demokrasi Amerika kini sedang menghadapi ujian terberatnya. []
Siti Sholehah.