AS Sita Bitcoin Rp 200 Triliun dari Jaringan Penipuan Chen Zhi

WASHINGTON — Nama Chen Zhi, taipan Kamboja sekaligus Chairman Prince Holding Group, kini menjadi pusat perhatian global setelah otoritas Amerika Serikat (AS) mendakwanya sebagai otak di balik jaringan penipuan kripto terbesar di Asia. Pria berusia 38 tahun itu disebut menjalankan skema investasi fiktif pig butchering atau “sembelih babi” yang menjerat ribuan korban dengan janji keuntungan besar sebelum kehilangan seluruh tabungan mereka.

Jaksa federal AS menyebut Chen menggunakan kamp kerja paksa di Kamboja untuk mengoperasikan jaringan penipuan daring yang menghasilkan hingga 30 juta dolar AS setiap hari. Pemerintah AS telah menyita lebih dari 14 miliar dolar AS dalam bentuk bitcoin yang diyakini berasal dari kejahatan tersebut. Dana hasil penipuan itu, menurut dakwaan, digunakan untuk membeli jet pribadi, karya seni Picasso, properti mewah di London, hingga menyuap pejabat publik di beberapa negara.

Kasus ini membuka sisi lain dari kerajaan bisnis Prince Holding Group yang selama ini dikenal bergerak di sektor properti dan keuangan. Penyelidikan otoritas AS dan Inggris menemukan bahwa perusahaan itu menjadi payung bagi lebih dari 100 perusahaan cangkang yang digunakan untuk mencuci uang hasil kejahatan lintas negara. Aktivitasnya bahkan tercatat menjangkau 12 negara, termasuk Singapura dan St Kitts and Nevis.

“Chen Zhi bukanlah bos mafia seperti dalam film. Ia adalah wajah rapi dari ekonomi kriminal yang dilindungi negara,” ujar Jacob Sims, peneliti Harvard University Asia Center yang mempelajari kejahatan transnasional di Asia Tenggara.

Jaksa AS juga mengungkap keberadaan sedikitnya sepuluh kompleks di Kamboja yang didirikan Chen dan berfungsi sebagai kamp kerja paksa. Ribuan pekerja migran dilaporkan ditahan secara ilegal dan dipaksa melakukan penipuan daring melalui media sosial. Beberapa di antara mereka mengalami kekerasan fisik, dipukuli, bahkan disiksa karena mencoba melarikan diri. Salah satu saksi menyebut Chen sempat memerintahkan agar seorang pekerja tidak “dipukuli sampai mati” — menggambarkan kekejaman sistem yang dijalankan.

Meski telah didakwa secara in absentia di pengadilan New York, Chen hingga kini masih buron. Ia menghadapi tuduhan konspirasi penipuan daring dan pencucian uang dengan ancaman hukuman hingga 40 tahun penjara. Jaksa berupaya memulihkan kerugian korban menggunakan aset 127.271 bitcoin yang disita dari jaringan Chen, senilai sekitar 113.000 dolar AS per koin.

Chen Zhi, yang dikenal dengan nama Vincent, lahir di Fujian, China, pada 1987. Ia pindah ke Kamboja sekitar tahun 2010 dan memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi. Ia pernah menerima gelar kehormatan neak oknha serta menjabat sebagai penasihat senior pemerintah Kamboja. Namun kini, citra mewah dan berpengaruh itu runtuh di tengah dakwaan yang mengguncang reputasinya secara internasional.

Otoritas AS menilai kasus Chen sebagai peringatan keras bagi Asia Tenggara, yang kini menjadi episentrum baru bagi industri penipuan daring dan eksploitasi digital. Dengan kerugian global mencapai miliaran dolar setiap tahun, skandal Chen Zhi menyingkap wajah gelap ekonomi digital yang berkembang pesat namun sarat praktik kejahatan dan pelanggaran kemanusiaan. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *