Trump Bantah AS Akan Perang, Sebut Maduro Segera Tumbang
Former President Donald Trump, right, sits in the courtroom before the start of his civil business fraud trial, Wednesday, Oct. 4, 2023, at New York Supreme Court in New York. (AP Photo/Mary Altaffer, POOL)
WASHINGTON DC — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa negaranya tidak berencana melancarkan perang terhadap Venezuela, meski ketegangan politik dan militer di kawasan Karibia belakangan meningkat. Namun, Trump secara tersirat menyatakan bahwa masa jabatan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, berada di ambang kejatuhan.
Dalam wawancara eksklusif bersama program ‘60 Minutes’ yang disiarkan CBS, Minggu (02/11/2025) waktu setempat, Trump menjawab lugas ketika ditanya kemungkinan keterlibatan militer AS dalam konflik di Venezuela.
“Saya meragukan itu. Saya rasa tidak demikian,” ujarnya, seperti dikutip AFP, Senin (03/11/2025).
Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya kehadiran militer AS di kawasan Karibia. Washington diketahui mengerahkan sejumlah unit angkatan laut dan udara ke wilayah itu, dengan alasan untuk menekan aktivitas penyelundupan narkoba yang disebut berasal dari Amerika Latin.
Selama beberapa pekan terakhir, operasi tersebut telah menargetkan lebih dari 15 kapal di perairan Karibia dan Pasifik, menewaskan sedikitnya 65 orang. Namun, langkah itu menuai kritik dari beberapa negara di kawasan, yang menilai operasi tersebut terlalu agresif dan cenderung menyerupai intervensi bersenjata terselubung.
Ketika ditanya mengenai masa depan pemerintahan Venezuela, Trump kembali membuat pernyataan tajam.
“Saya akan mengatakan demikian. Saya rasa begitu, iya,” ucapnya menanggapi pertanyaan apakah masa jabatan Maduro tinggal menghitung hari.
Pernyataan ini menegaskan sikap keras Washington terhadap Maduro yang selama ini dianggap sebagai penghalang utama bagi stabilitas demokrasi di Venezuela. Maduro sendiri tengah menghadapi dakwaan perdagangan narkoba di pengadilan AS—tuduhan yang disebutnya sebagai bentuk “dalih politik untuk menggulingkan pemerintah yang sah.”
Maduro menuding bahwa Washington berusaha “memaksakan perubahan rezim” di Caracas demi kepentingan ekonomi, terutama terkait pasokan minyak mentah Venezuela. Tuduhan tersebut bukan kali pertama dilontarkan, mengingat hubungan kedua negara memang memburuk sejak awal masa jabatan Trump.
Sementara itu, sejumlah pengamat menilai sikap Trump merupakan strategi politik ganda. Di satu sisi, ia menolak perang terbuka; namun di sisi lain, memberi tekanan psikologis terhadap Caracas dengan menunjukkan kekuatan militer di wilayah sekitar.
Meski AS mengklaim operasi militernya murni untuk memberantas narkoba, para analis hak asasi manusia mengingatkan bahwa serangan tanpa bukti jelas terhadap kapal-kapal sipil bisa dikategorikan sebagai pelanggaran hukum internasional. Hingga kini, pemerintah AS belum menunjukkan bukti konkret bahwa target operasi mereka benar-benar terlibat dalam jaringan penyelundupan narkotika.
Langkah Washington tersebut menjadi sinyal bahwa AS lebih mengandalkan tekanan diplomatik dan operasi terbatas untuk menekan pemerintahan Maduro, ketimbang konfrontasi militer langsung. Namun, dengan situasi politik yang terus memanas, masa depan Venezuela tetap diselimuti ketidakpastian. []
Siti Sholehah.
