Israel Siap Perang Lagi, Targetkan Hizbullah di Lebanon
JAKARTA — Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengisyaratkan kemungkinan operasi militer besar-besaran terhadap Hizbullah di Lebanon. Langkah ini disebut sebagai respons atas dugaan upaya kelompok bersenjata yang didukung Iran itu untuk memulihkan kekuatan militernya.
Meskipun gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah telah tercapai sejak November 2024, situasi di lapangan belum sepenuhnya stabil. Israel dilaporkan masih mempertahankan pasukannya di lima wilayah di Lebanon selatan dan terus melancarkan serangan terbatas secara rutin.
“Hizbullah sedang bermain api, dan presiden Lebanon sedang menunda-nunda,” ujar Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant Katz, dalam pernyataan yang dikutip AFP, Senin (03/11/2025).
Israel menuding pemerintah Lebanon tidak serius menegakkan komitmennya untuk melucuti senjata Hizbullah sesuai dengan perjanjian gencatan senjata yang berlaku.
“Komitmen pemerintah Lebanon untuk melucuti senjata Hizbullah dan mengusirnya dari Lebanon selatan harus dilaksanakan. Penegakan hukum yang maksimal akan terus berlanjut dan bahkan diintensifkan — kami tidak akan membiarkan ancaman apa pun terhadap penduduk di utara,” tambah Katz.
Netanyahu juga menyampaikan hal senada dalam rapat kabinet mingguan. Ia menuduh Hizbullah tengah “mempersenjatai kembali” diri mereka dan menegaskan bahwa Israel tidak akan ragu menggunakan hak untuk membela diri.
“Kami berharap pemerintah Lebanon memenuhi komitmennya — melucuti senjata Hizbullah — tetapi jelas kami akan menggunakan hak membela diri kami berdasarkan ketentuan gencatan senjata,” ujarnya.
“Kami tidak akan membiarkan Lebanon menjadi front baru yang melawan kami, dan kami akan bertindak seperlunya,” tegas Netanyahu dalam pernyataan resmi kantornya.
Konflik berkepanjangan antara Israel dan Hizbullah telah menyebabkan ribuan warga Israel di wilayah utara mengungsi selama berbulan-bulan. Sejak perang di Gaza pecah pada Oktober 2023, Hizbullah turut meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel yang memicu bentrokan lintas perbatasan.
Pertempuran tersebut berkembang menjadi konflik terbuka selama dua bulan, hingga akhirnya kedua pihak menyepakati gencatan senjata pada tahun lalu. Namun, situasi pascaperang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Meski disebut telah melemah akibat konflik panjang, Hizbullah tetap memiliki kekuatan bersenjata signifikan dan sumber daya finansial yang kuat, sehingga potensi eskalasi baru di perbatasan Israel–Lebanon masih terbuka lebar. []
Siti Sholehah.
