Kasus Pencurian Helm di Tanjung Priok Berakhir Damai, Korban Pilih Maafkan

JAKARTA – Aksi pencurian helm di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, berakhir dengan keputusan damai antara korban dan pelaku. Kejadian ini sempat viral di media sosial setelah video penangkapan pelaku oleh sejumlah pengemudi ojek online (ojol) beredar luas. Dalam video tersebut, terlihat pelaku ditangkap dan diinterogasi oleh beberapa driver sebelum akhirnya diserahkan ke pihak kepolisian.

Peristiwa itu terjadi pada pekan lalu, dan korban merupakan seorang pengemudi ojek online yang helmnya dicuri. Dari video yang beredar, tampak pelaku ditangkap di sekitar lokasi kejadian oleh sejumlah ojol yang sebelumnya melakukan pencarian setelah mengetahui ada aksi pencurian serupa di wilayah mereka.

Dalam rekaman tersebut, terlihat suasana menegangkan saat para pengemudi ojol menginterogasi pelaku. Seorang anak remaja yang diduga anak dari pelaku juga tampak di lokasi, memohon agar diizinkan ikut bersama ayahnya ketika pelaku hendak dibawa ke kantor polisi.

Kapolsek Tanjung Priok, Kompol R. Sigit Kumolo, membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, pelaku telah beberapa kali melakukan aksi pencurian helm di wilayah tersebut. Namun, korban akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan kasus ini ke ranah hukum.

“Jadi sudah diamankan di Polsek, terus korban ojol karena kemanusiaan, dia (pelaku) tidak bekerja, ayahnya tidak bekerja, anaknya tidak sekolah ditaruh di panti sosial DKI Jakarta,” ungkap Sigit saat dikonfirmasi, Kamis (06/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa alasan korban berdamai didasari empati terhadap kondisi ekonomi pelaku. “Karena pelapor alasan kemanusiaan, jadi didamaikan. Yang diambil helm ojol, kejadiannya hari Jumat,” lanjutnya.

Meski sempat diamankan, polisi memastikan pelaku tidak mengalami kekerasan fisik. Setelah ditangkap oleh warga, pelaku segera dibawa ke kantor polisi untuk menghindari amarah massa. “Iya, kalau sudah diamankan kemarin kepergok langsung diamankan diserahkan ke Polsek Tanjung Priok. Kita kembangkan memang dia butuh hidup. Mereka tinggal ngontrak-ngontrak,” jelas Sigit.

Pihak kepolisian menegaskan bahwa penyelesaian perkara secara damai ini merupakan bentuk kemanusiaan dari korban, namun juga menjadi pengingat bagi masyarakat agar tidak meniru tindakan serupa. Polisi mengapresiasi sikap korban yang lebih memilih penyelesaian tanpa kekerasan.

Kisah ini menyoroti realitas sosial di perkotaan, di mana desakan ekonomi sering kali menjadi pemicu tindakan kriminal kecil. Namun, di sisi lain, keputusan korban untuk memaafkan menjadi cerminan nilai solidaritas dan rasa kemanusiaan yang masih kuat di tengah masyarakat.

Kasus ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya peran kepolisian dan warga dalam menjaga ketertiban tanpa harus mengedepankan emosi. Dengan penyelesaian yang damai, diharapkan pelaku dapat memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatannya di kemudian hari. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *