AS Siapkan Pasukan Internasional untuk Gaza
WASHINGTON DC – Amerika Serikat kembali menegaskan perannya dalam mengatur stabilitas pascaperang di Gaza. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa pasukan stabilisasi internasional yang dikoordinasi oleh Washington akan segera dikerahkan untuk membantu menjaga keamanan dan transisi di wilayah tersebut.
“Ini akan segera terjadi. Dan Gaza berjalan dengan sangat baik,” kata Trump dalam pertemuan dengan para pemimpin Asia Tengah di Gedung Putih, Kamis (06/11/2025) waktu setempat.
Pernyataan tersebut disampaikan hanya beberapa pekan setelah tercapainya gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas pada 10 Oktober lalu.
Rencana pembentukan pasukan internasional ini disebut sebagai bagian dari peta jalan pemerintahan Trump untuk masa pascaperang di Gaza. Menurut laporan AFP, pasukan tersebut kemungkinan akan melibatkan kontribusi dari beberapa negara sekutu Amerika Serikat di kawasan, termasuk Mesir, Qatar, Turki, dan Uni Emirat Arab.
Pasukan ini nantinya diharapkan dapat melatih serta mendukung kepolisian Palestina yang telah diseleksi, dengan dukungan koordinasi dari Mesir dan Yordania. Selain itu, misi mereka mencakup pengamanan perbatasan dan pencegahan penyelundupan senjata ke wilayah Gaza, yang selama ini menjadi salah satu sumber ketegangan.
“Anda belum banyak mendengar tentang masalah-masalah ini, dan saya katakan, kami memiliki negara-negara yang telah menjadi sukarelawan jika ada masalah dengan Hamas,” ujar Trump menambahkan.
Sebagai tindak lanjut, Amerika Serikat telah mengedarkan rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB kepada negara-negara mitra untuk memperkuat legitimasi rencana tersebut.
Rancangan itu, yang dibagikan oleh Duta Besar AS untuk PBB, Mike Waltz, mencakup izin resmi bagi pembentukan dan pengerahan pasukan internasional ke Gaza.
Dalam pernyataannya, juru bicara misi AS di PBB menyebut rancangan tersebut juga dikirimkan kepada Mesir, Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Turki sebagai mitra regional yang berpotensi ikut berpartisipasi.
“Draf resolusi ini bertujuan memastikan dukungan PBB terhadap upaya stabilisasi Gaza dan menjamin proses pemulihan berjalan sesuai standar internasional,” kata sumber diplomatik di New York.
Beberapa negara disebut telah menyatakan kesediaan untuk bergabung dalam pasukan tersebut. Namun, sebagian besar menegaskan bahwa pengerahan pasukan hanya bisa dilakukan setelah mendapat mandat resmi dari Dewan Keamanan PBB.
“Tanpa mandat yang jelas dari PBB, partisipasi kami tidak mungkin dilakukan,” ujar salah satu diplomat Timur Tengah yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu, Kepala Komando Pusat AS (CENTCOM) yang bertanggung jawab atas operasi militer di Timur Tengah menegaskan bahwa tidak akan ada pasukan Amerika Serikat yang dikirim langsung ke Gaza. AS hanya akan bertindak sebagai koordinator dan pengawas dalam misi internasional tersebut.
Meski gencatan senjata telah dicapai, kondisi di Gaza masih jauh dari stabil. Laporan lembaga kemanusiaan menunjukkan bahwa krisis pangan, air bersih, dan akses kesehatan masih menjadi persoalan utama bagi warga Palestina.
Upaya pembentukan pasukan multinasional ini diharapkan mampu menciptakan kondisi yang aman bagi proses distribusi bantuan dan pembangunan kembali infrastruktur sipil yang hancur akibat konflik.
Namun, para pengamat menilai, keberhasilan rencana Trump sangat bergantung pada kesediaan negara-negara Arab untuk terlibat dan pada seberapa besar legitimasi yang diberikan oleh PBB.
