BI Kaltim Didik Pelajar Lewat Program Cinta Rupiah
SAMARINDA – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur terus memperkuat edukasi kepada generasi muda untuk menumbuhkan rasa cinta, bangga, dan paham terhadap Rupiah. Langkah ini menjadi bagian dari upaya menjaga kedaulatan bangsa melalui penggunaan mata uang nasional dalam setiap transaksi di Indonesia.
Kegiatan edukasi tersebut menjadi salah satu agenda dalam Kaltim Paradise of The East x Summer Fest 2025 yang berlangsung di Convention Hall Samarinda pada 5–8 November 2025. Dalam acara itu, BI menggelar talkshow bertajuk “Rupiah Keren: Menjelajahi Kisah Sejarah Uang Rupiah”, yang menarik perhatian banyak pelajar dan pengunjung muda.
Manajer Pengelolaan Uang Rupiah BI Kaltim, Akbar Samudra, menjelaskan bahwa penggunaan Rupiah tidak hanya sebatas kewajiban dalam bertransaksi, tetapi juga merupakan bentuk nyata menjaga kedaulatan ekonomi dan wilayah negara.
“Rupiah bukan sekadar alat tukar, tetapi simbol kedaulatan bangsa. Jika masyarakat tidak menggunakan Rupiah, itu bisa berdampak pada hilangnya kontrol negara atas wilayahnya,” ujarnya saat ditemui di Convention Hall Sempaja Samarinda, Jalan Wahid Hasyim I, Jumat (07/11/2025).
Akbar menuturkan, sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah kehilangan dua pulau, yaitu Sipadan dan Ligitan, pada tahun 2002. Salah satu penyebabnya, kata dia, karena masyarakat di wilayah tersebut lebih sering menggunakan mata uang asing dalam transaksi sehari-hari.
“Kita pernah kehilangan dua pulau karena masyarakat di sana tidak menggunakan Rupiah. Itu menjadi pelajaran penting bagi kita semua,” jelasnya.
Untuk mencegah kejadian serupa, BI Kaltim terus menggiatkan program Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah yang menyasar pelajar dari tingkat SD hingga SMA. Program ini tidak hanya menanamkan kebanggaan terhadap mata uang nasional, tetapi juga mengajarkan pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak.
“Kami mengajarkan anak-anak untuk mencintai Rupiah dengan menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari, serta mengelola uang dengan bijak agar tidak boros dan ikut menjaga kestabilan ekonomi,” ungkap Akbar.
Selain itu, BI juga mengenalkan konsep 5J jangan dilipat, jangan diremas, jangan dibasahi, jangan distaples, dan jangan dicoret sebagai panduan untuk menjaga keutuhan fisik uang Rupiah. “Kalau masyarakat tidak merawat uang, maka peredaran uang layak edar akan cepat berkurang,” imbuhnya.
Melalui kegiatan edukatif seperti ini, BI berharap generasi muda Kaltim tidak hanya mengenal Rupiah sebagai alat pembayaran, tetapi juga memahami nilai simboliknya sebagai identitas dan penjaga kedaulatan bangsa. []
Penulis: Rifki Irlika Akbar | Penyunting: Aulia Setyaningrum
