Driver Maxim di Samarinda Keluhkan Pendapatan Turun
SAMARINDA — Pertumbuhan pesat transportasi daring di Kota Samarinda membuat persaingan antarpengemudi kian ketat. Salah satu mitra pengemudi Maxim Car, John, membagikan kisahnya mengenai dinamika dan tantangan yang dihadapi dalam profesinya di tengah meningkatnya jumlah driver di lapangan.
John telah bergabung sebagai pengemudi Maxim Car selama empat tahun. Ia mengaku, pada awal bergabung, penghasilannya cukup menjanjikan karena jumlah driver masih terbatas sementara permintaan penumpang tinggi.
“Dulu waktu baru mulai, penghasilan bisa sampai tujuh ratus sampai delapan ratus ribu per hari,” ujar John saat diwawancarai secara resmi di Samarinda, Minggu (09/11/2025). “Sekarang sudah tidak seperti dulu, karena drivernya sudah banyak dan permintaan menurun.”
Menurut John, saat ini rata-rata penghasilannya hanya berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per hari. Ia menilai, penurunan ini juga dipengaruhi oleh persaingan ketat dengan platform besar seperti Grab dan Gojek yang kerap menawarkan promo serta potongan harga kepada pelanggan.
“Sekarang orang lebih pilih platform lain karena promo mereka lebih menarik. Harganya sama, tapi mereka kasih diskon besar. Akhirnya pesanan di Maxim berkurang,” ungkapnya.
John juga mengaku tidak memiliki jam kerja tetap. Ia hanya mengambil orderan pada waktu senggang, biasanya di pagi hingga siang hari, lalu kembali menarik penumpang pada sore hingga malam.
“Saya narik kalau ada waktu saja, paling sampai jam sepuluh malam. Sekarang ini lebih banyak buat ngisi waktu daripada penghasilan utama,” katanya.
Lebih lanjut, John menyoroti tantangan bagi pengemudi baru, terutama mereka yang harus membeli mobil dengan sistem kredit.
“Sekarang kalau mau mulai dan masih nyicil mobil, harus pikir sepuluh kali. Banyak yang kejebak, baru tiga bulan sudah macet cicilan, mobil ditarik,” jelasnya.
Meski demikian, John berharap pemerintah maupun perusahaan penyedia aplikasi transportasi daring dapat lebih memperhatikan kesejahteraan para mitra pengemudi.
“Harapan saya, semoga ada kebijakan yang memperhatikan tarif dan biaya operasional driver. Karena kalau tarif makin kecil, yang susah ya kami di lapangan,” tutupnya.
Kisah John mencerminkan realitas baru dunia transportasi daring di Samarinda. Persaingan yang semakin ketat menuntut para pengemudi untuk terus beradaptasi agar bisa bertahan di tengah menurunnya pendapatan dan meningkatnya jumlah pesaing di lapangan. []
Penulis: Rifky Irlika Akbar | Penyunting: Aulia Setyaningrum
