Usai Dicabut dari Daftar Hitam, Sharaa Sambangi Gedung Putih
WASHINGTON DC – Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Suriah memasuki babak baru setelah bertahun-tahun berada dalam ketegangan politik. Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa tiba di Washington DC pada Minggu (09/11/2025) untuk melakukan kunjungan resmi pertamanya ke Negeri Paman Sam. Kunjungan bersejarah ini terjadi hanya sehari setelah pemerintah AS menghapus nama Sharaa dari daftar hitam terorisme internasional.
Kunjungan tersebut menjadi langkah simbolis yang menandai perubahan besar dalam arah diplomasi Suriah pascarezim Bashar al-Assad digulingkan akhir tahun lalu. Ahmed al-Sharaa, yang sebelumnya memimpin pasukan pemberontak hingga berhasil merebut kekuasaan, kini tampil sebagai kepala negara yang diundang secara resmi oleh Washington.
Menurut laporan AFP, Sharaa dijadwalkan bertemu Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (10/11/2025) waktu setempat. Pertemuan tersebut diharapkan membuka lembaran baru hubungan bilateral antara kedua negara yang selama ini dibayangi konflik panjang dan sanksi internasional.
“Tindakan ini diambil sebagai pengakuan atas kemajuan yang ditunjukkan oleh kepemimpinan Suriah setelah kepergian Bashar al-Assad dan lebih dari 50 tahun penindasan di bawah rezim Assad,” ujar Tommy Pigott, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Langkah AS menghapus nama Sharaa dari daftar teroris telah diprediksi sebelumnya. Washington menilai pemerintahan baru Suriah menunjukkan kerja sama positif, termasuk dalam upaya menemukan warga Amerika yang hilang dan menghancurkan sisa persenjataan kimia.
“Penghapusan daftar hitam oleh AS akan mendorong keamanan dan stabilitas regional serta proses politik yang inklusif, dipimpin dan dimiliki oleh Suriah,” tambah Pigott.
Utusan AS untuk Suriah, Tom Barrack, mengungkapkan Sharaa diperkirakan akan menandatangani perjanjian untuk bergabung dalam aliansi internasional pimpinan AS melawan ISIS. Washington juga tengah merencanakan pembangunan pangkalan militer di dekat Damaskus guna mengoordinasikan bantuan kemanusiaan serta memantau hubungan keamanan antara Suriah dan Israel.
Kunjungan Ahmed al-Sharaa ini merupakan kunjungan pertama presiden Suriah ke AS sejak negara tersebut merdeka pada 1946. Sebelumnya, ia telah berpidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September lalu, menjadikannya pemimpin Suriah pertama dalam beberapa dekade yang tampil di forum dunia tersebut.
Kebijakan pencabutan sanksi terhadap Suriah juga mendapat dukungan Dewan Keamanan PBB setelah Washington memimpin pemungutan suara pada 6 November 2025. Sementara itu, kelompok yang dulu dipimpin Sharaa, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya berafiliasi dengan Al-Qaeda, telah dihapus dari daftar kelompok teroris sejak Juli lalu.
“Kunjungan ke Gedung Putih merupakan bukti lebih lanjut atas komitmen AS terhadap Suriah yang baru dan momen yang sangat simbolis bagi pemimpin baru negara tersebut, yang dengan demikian menandai langkah selanjutnya dalam transformasinya yang menakjubkan dari pemimpin militan menjadi negarawan global,” kata Michael Hanna, Direktur Program AS International Crisis Group.
Dalam pertemuan dengan Trump, Sharaa diperkirakan akan membahas rencana pembangunan kembali Suriah setelah 13 tahun perang saudara. Menurut perkiraan Bank Dunia, biaya rekonstruksi negara itu mencapai USD 216 miliar, angka yang menggambarkan beratnya tugas yang dihadapi pemerintah baru Suriah.
Dengan latar belakang politik yang sarat konflik, kunjungan Sharaa ke AS bukan hanya sebuah misi diplomatik, melainkan juga simbol perubahan citra Suriah di mata dunia internasional — dari negara yang dikucilkan menjadi mitra potensial dalam menjaga stabilitas kawasan Timur Tengah. []
Siti Sholehah.
